Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2020

Page 366 of 366

Gambar
“Page 366 of 366” 31 Desember 2020 yang menyapa hari Kamis dengan salam perpisahan untuk mempertemukannya dengan sejuk udara pagi jam dua belas lewat satu detik yang bertepatan dengan hari Jum`at, nyata membawa atmosfer berbeda yang menyenangkan sekaligus menyedihkan atau lebih tepatnya keabu-abuan. Berbondong – bondong segelintir orang mengunggah sebanyak mungkin permintaan dan harapan kebahagiaan sebagai penutup lembar akhir di dalam bulan Desember ini. Semoga bahagia, semoga bersuka cita, semoga harta melimpah, semoga bernasib baik, semoga bertemu jodoh, semoga penghasilan naik, semoga semoga semoga dan semoga yang memuakkan dan menjenuhkan mata sejauh  mataa membacanya. Kilas balik di penghujung tahun 2019, pun kita sematkan banyak do`a baik yang bertebaran hingga menguap ke angkasa berharap Tuhan mendengar dan memberikan keajaiban yang turun dari langit sebagai bentuk rahmat dan kasih dari-Nya. Nyatanyaa Tuhan memberikan kita banyak kejutan di tahun 2020. M

Sorry for Say This,..

Gambar
“Bukan tidak pernah, tapi belum” “Ihh kok kamu kaya gitu sih?” “Apa faedahnya ngelakuin itu coba” “Kamu payah, gitu aja nyerah” “Kok sukanya diem di zona nyaman, ga punya pengalaman” “Ihh alay banget, kaya bocah” “Ihh makannya banyak banget, pantes gendutan” “Sok imut banget” “Centil banget” “sok akrab jadi orang” “Duh gak pantes banget pake baju itu” Kurang ini kurang itu, berlebihan begini berlebihan begitu, dan masih banyak lagi lain – lainnya. Jika dikembalikan pada perseorangan adakah kita sadar telah melakukan sesuatu yang berlebihan? Lagi pula berlebihan menurut kacamata siapa? Orang lain! Kita hidup bukan untuk membuat orang lain puas dan bahagia, tapi kita hidup dengan hak milik mutlak atas kebahagiaan dan kesedihan yang takarannya terserah pada mau kita, bukan orang lain. Tak akan ada habisnya jika kita menuruti apa yang menjadi kemauan orang. Sekalinya kita melakukan apa yang mereka minta esoknya mereka akan terus menuntut banyak dari

Zona Wanita : “Dara dan Segala Kemungkinan – Kemungkinan yang Terpatri”

Gambar
“Dara dan Segala Kemungkinan – Kemungkinan yang Terpatri” Pekatnya malam tak kemudian menyurutkan niatan untuk terus memaksa diri mengerjakan segala sesuatunya. Semakin dewasa, semakin diri berpaham bahwasannya begitu indahnya masa kanak-kanak. Dengan segala keluguan dan kenakalan wajar dimana tidur siang merupakan monster yang teramat menakutkan ketimbang hanya jatuh dari sepeda. Ingatlah Kembali aku ini akan masa kecil dimana segala kemungkinan masih teramat sederhana dan memiliki peluang terjadinya sesuatu selalu dalam keadaan baik. Bukan tak mensyukuri nikmat mencapai usia belia ini, hanya ingin kenangkan saja betapa dahulu segala sesuatunya tampak ringan bagai segumpalan cotton candy dengan warna-warni favorit bernuansa lembut. Terduduklah aku di depan laptop yang beberapa hari ini membuat mataku sepat dan tidak bagus dipandang. Seakan ada sesuatu yang mengganjal pada pelupuk mata, menghantarkan gelombang bertalu pada bagian kepala tak terkecuali tengkuk yang

Dunia Burung kicau dalam Latpres

Gambar
Dunia Burung kicau dalam Latpres Aku pergi ke sebuah perlombaan burung, setidaknya itulah yang ku katakan di saat pertama kali berkunjung kesana. Tidaklah aku sendirian karena orangtuaku tengah berjualan di tempat yang tak jauh dengan area perlombaan. Ku sisir lamat – lamat sekitaran area, banyak pasang mata yang menusuk tepat padaku. Aku menyadari semua itu karena gadis muda satu – satunya yang berada di tempat itu hanyalah aku. Yah, semuanya pria dan ad beberapa wanita dewasa. Risih, malu, dan segala bentuk perasaan mengaduk sanubariku. Tahulah kiranya bagaimana sorot mata seakan tengah menyimpan banyak tanya akan kehadiranku disana. Baiklah ku usir jauh perasaan semacam itu sebisa mungkin, dengan langkah yang sedikit ku percepat tak lupa kepala yang mendongak menatap lurus ke depan ku pintakan izin untuk berdiri di tengah keramaian menonton perlombaan lebih dekat. Aku sibuk mengamati dan mengamati keadaan sekitar, lalu lalang orang, gerombolan yang tengah menyi

Resensi Buku : Jejak Langkah

Gambar
Resensi Buku Judul                : Jejak Langkah Pengarang       : Pramoedya Ananta Toer Penerbit           : Lentera Dipantara ISBN               : 979-97312-5-9 Jejak langkah adalah Tetralogi Pulau Buru yang ketiga oleh Pramoedya Ananta Toer. Sekilas di dapatlah sebuah alur yang mengantarkan kita sebagai seorang pembaca pada keadaan dimana sekolah  pada era itu memberikan kesan pembeda yang menonjol atas nama ras dengan dalih harus mengikuti ketentuan sesuai adat dimana ia berasal. Juga sedikit menyinggung mengenai makna terpelajar itu sendiri sebagaimana mencerminkannya hasil didikan. Berikutnya kita diajak untuk mengenal lebih jauh sepak terjang adanya rasa nasionalisme dalam seluk beluk pembentukan sebuah organisasi yang mana dalam hal ini digagas oleh pemeran utama yakni Minke atau yang sejauh ini kita ketahui berkiblat pada sosok Tirto Adhi Soerjo. Sederet kalimat hingga mencapai paragraf dikemas dengan bahasa yang unik nan mengena pada hati pembaca,

"Dua Berkebalikan"

Gambar
“Dalam praktik kehidupan alam bekerja sesuai dengan aturannya, ada yang datang dan ada yang pergi. Ada yang singgah namun tak menetap. Ada bahagia dan juga ada sedih.” Hidup adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada segala apa yang dikehendakinya. Dalam hidup ada banyak peristiwa yang menjadikan semua serasa seimbang, baiknya tak condong ke satu dan melupakan sisi lain sisanya. Setidaknya secara singkat dapatlah dikatakan demikian. Hidup menjadi indah karena ada sebuah kebahagiaan, hidup menjadi temaram apabila menyapalah yang dinamakan perasaan gusar. Semua orang menyadari bahwa hal itu akan terus berputar seiring dengan detak jarum jam dikala mengusir waktu. Sadar betul atas itu, sudah cukup memberikan kita sedikit ruang untuk berpikir bahwa segala sesuatunya akan terjadi pada dua keadaan itu saja, lebih tidak. Contoh kecil, dimana kita memiliki hewan peliharaan yang teramat kita kasihi. Hari – hari ia diperhatikan, tercukupkan makannya, kesenangannya men

Terpelajar Katanya!

Gambar
“Apakah yang Masuk Dunia Pendidikan Formal dengan Belajar bisa Disebut Terpelajar?” Ckk, It`s just about what evolved in society. No Clue !!! Mari lepaskan sedikit batasan berpikir selama kau berselancar dalam dunia penulis ulung semacamku, khawatir aku membuatmu terjerembab dalam amarah apabila sepatah demi sepatah kalimat akan menyakiti egomu. Disinilah aku sekarang dengan kumpulan semangat yang sebisa mungkin ku rakit demi terselesaikannya tulisan yang barangkali tak penting ini. Oh ayolah, siapa aku bisa meminta perhatian khalayak ramai? Ku susun sebaik mungkin kalimat di dalam otakku agar saat membuncah tak berikan kecewa terhadap siapapun yang membawa ekspektasi tinggi akan tulisanku, setidaknya aku mengusahakan sebuah perkembangan atas tulisan demi tulisan beberapa hari ini. Berbicara mengenai kata “Terpelajar” baiknya ku giring dahulu dalam pengertian menurut KBBI. Ialah memiliki arti telah mendapat pelajaran (di sekolah). Berkacalah aku yang sok tahu in

Mesti Allah?

Gambar
Sore itu simbah sibuk bersiul memancing bunyi burung perkutut yang dibelinya kemarin. Air liurnya loncat kesana – kemari seperti mencari alamat (Bukan Ayu TingTong masih simbah), tahulah kiranya lha wong udah nggak ada pagernya kok (sebut saja untu ). “Ealah mbah mbah!!! Kok liurnya senengane tamasya sampai ndasku ketampesan ” sungut bocah kecil yang berjuluk guco itu “Salahmu sendiri ngapain duduk di depan situ, kan mbah gak ngurus seh ” jawab simbah tak kalah sengit Belum lagi tuntas masalah dinasti kepemimpinan dan pergerakan ormas yang lagi viral sampe bikin mlukok itu, nyatanya dua orang yang berstatus simbah dan cucunya ini lebih suka mendebat dan berseteru selain yang digemari banyak orang yang menjabat sebagai pengacara itu (Pengacara = Pengangguran banyak acara). Bambang Suripono, itu namanya. Namun karena kepandaiannya yang sundul langit itu membuat simbahnya lebih suka memanggil bocah sepuluh tahun itu dengan nama guco (Pegangan utama). “ Sek k

Adab Jawa dalam Kacamataku

Gambar
Indonesia kaya akan etnis dan budayanya. Dunia pun mengetahui keberagaman yang saling menyatu antara satu dengan yang lainnya, tak terkecuali di dalamnya perbedaan agama. Dari berbagai etnis yang ada, tentunya mempunyai adab dan kebiasaan masing-masing yang menjadi ciri khasnya. Marilah kali ini menyoroti adab dan kebiasaan etnis Jawa, karena aku sendiri disini termasuk daripadanya. Apa yang orang ketahui tentang etnis Jawa? Dalam kancah perfilman Indonesia dikenalkan bahwa Etnis ini selalu identik dengan “perbabuan”, norak, terbelakang, dan medhok (tambahkan sendiri sisanya). Padahal pada kenyataannya Jawa tak melulu seperti itu, baik diterimalah olehku peran yang dikenalkan kepada khalayak ramai itu. Barangkali mereka mengenalkan Jawa yang seperti itu karena beranggapan bahwa Jawa sendiri orangnya selalu beramah-tamah, bersifat pasrah, dan penurut. Aku pun tak menyangkal jika sisi ini yang coba untuk dikenalkan. Tapi persepsi lainnya bukan tak mungkin akan ber

Zona Wanita : "Tentang yang tak Terucap"

Gambar
“Perempuan bukan tentang yang dikatakan, perempuan selalu tentang yang tak terucap” -Sudjiwo Tedjo- Lagi dan lagi aku menyetujuinya. Setiap yang berjenis kelamin perempuan pasti paham betul akan kalimat ini, tak dapat dipungkiri karena memang benar adanya. Kadangkala kita jumpai seseorang (perempuan) dalam lisannya mengatakan A sedang sisi hatinya tak sejalan. Ada? Banyak.. Ambillah sebuah contoh kecil dalam kehidupan. Yang mana saat hatinya dirundung masalah, pikirannya kalut menanggung beban, tanpa daya tanpa upaya apapun untuk beranjak. Suatu ketika di hari yang sama seseorang datang menanyakan kabar. Ia katakan kondisinya dalam keadaan baik – baik saja dengan di iringi senyuman hangat menutup segala yang dirasakan. Bukan tanpa sebab, semua hal yang ia katakan sebelum terlontar lewat lisannya selalu memiliki pertentangan dalam dua pilihan. Dan sebaik-baik yang ia ucapkan sudah barang tentu mempertimbangkan banyak hal yang akan mempengaruhi bagaimana kedepan

Keabadian Suara Redam Garis Pena

Gambar
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari” -Nyai Ontosoroh, Anak Semua Bangsa- Sebenarnya ada banyak kutipan kalimat yang menyita perhatianku di buku Tetralogi Pulau Buru bagian kedua, yang berjudul anak semua bangsa itu. Tiada habisnya aku terkagum pada penggalan setiap kalimat yang teruraikan di dalam setiap alurnya. Tak terkecuali dari tokoh Nyai Ontosoroh, Jean Marais, Kommers, Khow Ah Soe, dan Ter Haar. Kesemuanya membuka pemikiran sempit seorang tokoh utama yang menjadi tombak cerita dalam buku ini, Minke. Biarlah kali ini kalimat Nyai Ontosoroh menjadi perhatian khusus yang layak dikupas menurut pendapat dari sudut pandangku pribadi sebagai pembaca. Dikatakannya bahwa menulis bisa diartikan sebagai bentuk suara yang tak pernah lekang oleh waktu, seberapa pun jauhnya masa beranjak sebuah tulisan tetaplah akan abadi dalam kehidupan. Begit

Resensi Buku : Anak Semua Bangsa

Gambar
Resensi Buku Judul                : Anak Semua Bangsa Pengarang       : Pramoedya Ananta Toer Penerbit           : Hasta Mitra ISBN               : 979-8659-13-9 Tetralogi kedua dari karya seorang penulis mahsyur Pramoedya Ananta Toer, setelah sebelumnya Bumi Manusia mengawali menjadi sebuah buku yang layak dinantikan dan dinikmati setiap kelanjutan kisahnya. Penyajian alur yang rapi dan tertata membuat pembaca begitu mudahnya mengikuti setiap cerita demi cerita. Pun tak ubahnya esensi yang ditonjolkan cukup memberikan kesan baik dan mencakup seluruh persoalan yang memberikan banyak amanat. Tak jauh dari sebuah kisah perjuangan, dalam buku ini pun sama halnya dengan tetralogi pertama Bumi manusia. Pembedanya terletak pada cakupan masalah yang dialami oleh tokoh utama, Minke. Kalau di buku Bumi Manusia terfokus pada masalah pribadi sang tokoh utama, maka dalam tetralogi kedua buku Anak Semua Bangsa ini membuka cakupan masalah sosial dan keluar dari zona priba

Oh ternyata,

Gambar
Akhir – akhir ini aku banyak memperhatikan sosial media, portal pemberitaan, buku (barangkali). Kutemui atasnya bahwa aku ini nyata masih jauh sekali dari kata “tahu”, banyak hal baru yang membuatku spontan masih menggumam “Oh, begini. Oh, begitu”. Sombonglah aku ini jika berjalan dengan congkaknya mengangkat kepala diantara ribuan sesama untuk kemudian memandang rendah karena jenjang pendidikannya. Semakin hari semakinlah aku merasa bodoh dengan pemikiranku sendiri. Tak boleh harusnya merasa mengerti akan sesuatu hal padahal benarnya nol besar. Membaca buku, dari kebiasaan yang mulai terbangun akan paksaan itu aku mengerti maksud dibaliknya. Oh siapakah aku? Hanya sebutir debu yang bermimpi menggapai bintang dalam genggamannya. Dalam pribahasa katakanlah semacam pungguk merindukan bulan. Duh, dramatis sekali manusia semacam aku ini. Heuheu, Sedikit demi sedikit ku jumpai bacaan yang membuatku banyak merorientasikan pikiran padanya. Mulai dari bacaan yang ditentuk

Kerja Tim = Kerja Individu. Valid no Debat!

Gambar
“Judulnya tugas dalam kategori kelompok, namun hanya satu kepala yang mendedikasikan penuh pemikirannya. Sisanya sibuk, tidak bisa berpikir, dan menyerahkan segalanya pada yang berkeinginan melanjutkan tugas” Dalam dunia pendidikan, segala bentuk penugasan akan terbagi menjadi tugas mandiri dan kelompok. Dari keduanya tentulah memiliki nilai tersendiri dan tujuan mengapa kemudian harus terbagi menjadi dua hal itu. Dalam pemahamanku, tugas mandiri memiliki tujuan agar kita mampu melakukan dan mengerjakan sesuatu yang telah dipelajari guna melihat sejauh mana pemahaman dan daya pemikiran kriti kita. Sedangkan tugas kelompok bertujuan untuk melatih kita dalam hubungan kerjasama yang baik antara pemikiran kepala yang satu dengan yang lainnya guna mencapai suatu kesimpulan diantaranya, pun dimaksudkan untuk mempermudah kerja penugasan yang dilimpahkan. Sebagai seorang yang telah cukup lama menempuh pendidikan, sejauh ini aku banyak menemui ketidaknyamanan yang cenderun