Keabadian Suara Redam Garis Pena


“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari”

-Nyai Ontosoroh, Anak Semua Bangsa-


Sebenarnya ada banyak kutipan kalimat yang menyita perhatianku di buku Tetralogi Pulau Buru bagian kedua, yang berjudul anak semua bangsa itu. Tiada habisnya aku terkagum pada penggalan setiap kalimat yang teruraikan di dalam setiap alurnya.


Tak terkecuali dari tokoh Nyai Ontosoroh, Jean Marais, Kommers, Khow Ah Soe, dan Ter Haar. Kesemuanya membuka pemikiran sempit seorang tokoh utama yang menjadi tombak cerita dalam buku ini, Minke.


Biarlah kali ini kalimat Nyai Ontosoroh menjadi perhatian khusus yang layak dikupas menurut pendapat dari sudut pandangku pribadi sebagai pembaca.


Dikatakannya bahwa menulis bisa diartikan sebagai bentuk suara yang tak pernah lekang oleh waktu, seberapa pun jauhnya masa beranjak sebuah tulisan tetaplah akan abadi dalam kehidupan.


Begitu pentingnya peranan menulis dari apa yang ku tangkap di buku ini. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap jiwa akan berpisah dengan raganya, saat itulah segala bentuk pengupayaan ucapan yang terlontar akan habis dimakan waktu jika tak berupa sesuatu yang berwujud (fisik) dan dapat terbaca.


Menulis sendiri menjadi begitu penting dilakukan terutama untuk mengenangkan sebuah peristiwa baik yang sederhana maupun sampai pada tingkat kompleks yang menyangkut perihal masalah sosial dan melibatkan khalayak ramai.


Sedikit mengulas manfaat dari menulis dalam segi kesehatan diantaranya ialah untuk meredakan stress (berlaku untuk mencurahkan segala bentuk emosi yang terpendam dalam hati yang sifatnya tidak bisa diutarakan secara langsung), memperbaiki suasana hati (dengan menulis kita bisa mengetahui apa saja yang membuat suasana hati kita memburuk, sehingga dari situ kita bisa mengusahakan sesuatu untuk memperbaikinya), meningkatkan daya ingat (Ingatan sifatnya tidak setia dengan menulis kemampuan berikir dan daya ingat akan semakin tajam) mengutip dari laman alodokter.com.


Bagi seorang yang senang mengamati keadaan sosialnya, peka dan senantiasa melakukan analisis maka akan sangat dianjurkan menulis guna membawa perubahan terhadap sesuatu yang dianggap menyimpang tentunya dengan segala pertimbangan serta data yang objektif dan tidak berfokus pada satu aspek namun menyeluruh.


Untuk menulis pun diperlukan keberanian yang cukup dalam menyajikan setiap kata ke kalimat. Dan yang terpenting kita bisa bertanggungjawab atas apa yang kita tulis. Karena setiap tulisan terutama yang menyangkut sebuah permasalahan apalagi kritik sosial bukan tidak mungkin akan memicu sebuah pertentangan dan konflik atasnya.


Menulis versi itu merupakan menulis yang memang untuk menjadi bahan bacaan semua orang, lain lagi jika kita menulis keseharian kita dalam bentuk catatan harian yang untuk menjadi konsumsi pribadi saja, maka tak akan menjadi masalah karena sifatnya ini personal dan tidak untuk dinikmati orang lain (di bagian manfaat menulis).


Kembali lagi kepada setiap pribadi, kadang kala tidak semua orang menyukai menulis secara panjang lebar baik dalam dunia tulis manual maupun secara online di situs khusus seperti wordpress, blogger, maupun wattpad.


Beberapa menyukai dunia kepenulisan namun tak suka menjabarkannya melebihi dari 500 kata, maka tak apa karena sekarang dunia sosial media pun bisa menjadi wadah untuk kita mulai menulis hal pendek dan tetap memiliki kesan, contohnya pemanfaatan instagram, facebook, whatsapp, snapchat, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!