Done for me

Bagaimana baiknya kumulai tulisan ini? Ada setitik keresahan yang kubawa, dan entah bagaimana aku menuangkannya dalam bentuk kalimat yang nyata tak bisa aku katakan pada sesiapa jua. Oh dunia kecilku, dunia yang aku sendirilah berhak atasnya.

Ini perihal rasa senang, sakit, amarah, serta lainnya yang tidak terkecuali tentu semua orang memiliki. Aku bicara bukan sebagai seseorang yang "Maha" diantara sesamanya. Aku hanya aku biasa, yang bahkan sebenarnya tidak lebih dari sekedar pelengkap saja. Ah pelengkap, yah setidaknya begitu menurutku. Aku sudah berbicara dengan angin, tapi sayang sekali jika tidak kutuangkan dalam tulisan. Sungguh mati akan sangat disayangkan sekali.

Jadi begini, setiap saat kita selalu menikmati kalimat-kalimat penenang dan pembenaran mengenai diri. Entah perihal rasa sakit, rasa kecewa, rasa senang, dan lain semacamnya. Yang dapat kutarik kesimpulan ialah pada dasarnya semua orang selalu "merasa" hal yang sama.

Dalam pandanganku, ketika aku merasa menjadi korban maka bisa saja sebenarnya aku adalah pelaku. Ketika aku merasa di dzolimi, bisa saja justru aku yang mendzolimi. Suatu waktu ketika aku merasa paling benar, mungkin disitu aku bertindak sebagai orang salah yang bodoh memahami keadaan dan situasi. Semua kembali pada persepsi setiap orang.

Tapi entahlah, menyadari hal seperti itu memiliki nilai positif dan negatif tersendiri. Positifnya, kita bisa menempatkan diri sebagai seseorang yang membaca dua keadaan yang justru berkebalikan diiringi dengan sikap tenang dan tabah. Kedua, kita akan selalu dalam keadaan mengambang yang mana justru ini dapat mengganggu otak yang selalu bertentangan dengan perasaan.

Di sisi lain, aku menemukan hal baru yang membuatku dapat setidaknya menekan rasa ego, rasa paling daripada yang lain, dan rasa selalu ingin dimengerti. Keadaan semacam ini membuatku menyukai lamunan diantara ramainya sekitar. Membuat aku ingin selalu berpikir mengapa semua orang sejatinya memiliki perasaan yang sama.

Aku bersyukur, setiap tempat dimana aku berpijak akan selalu ada orang-orang yang mengajakku belajar atas sikapnya. Belajar akan bagaimana menghadapi orang dengan berbagai kamuflasenya, orang dengan amarah yang tertahan oleh ketabahan hatinya, serta orang yang tak peduli dengan apapun yang terjadi di lingkungannya.

Terbantu, dengan demikian aku menjadi pribadi yang memang harus tetap awas. Sebab sedekat apapun dengan seseorang, bukannya tidak mungkin suatu hari ia akan menyakiti kita baik disadari maupun tidak. Tapi satu hal yang perlu ditekankan, ialah rasa sabar dan menerima. Ketika niat hati tiada buruk, maka selamatlah diri. Namun ketika yang terjadi ialah sebaliknya, maka celakah dia dengan apa yang sudah diniatkan olehnya.

Setuju bukan? Bahwa Tuhan membersamai semua makhluknya. Semoga kau tetap waras, dan semoga kau tidak menjadi luka bagi sekitar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!