"Dua Berkebalikan"

“Dalam praktik kehidupan alam bekerja sesuai dengan aturannya, ada yang datang dan ada yang pergi. Ada yang singgah namun tak menetap. Ada bahagia dan juga ada sedih.”



Hidup adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada segala apa yang dikehendakinya. Dalam hidup ada banyak peristiwa yang menjadikan semua serasa seimbang, baiknya tak condong ke satu dan melupakan sisi lain sisanya. Setidaknya secara singkat dapatlah dikatakan demikian.


Hidup menjadi indah karena ada sebuah kebahagiaan, hidup menjadi temaram apabila menyapalah yang dinamakan perasaan gusar. Semua orang menyadari bahwa hal itu akan terus berputar seiring dengan detak jarum jam dikala mengusir waktu.


Sadar betul atas itu, sudah cukup memberikan kita sedikit ruang untuk berpikir bahwa segala sesuatunya akan terjadi pada dua keadaan itu saja, lebih tidak.


Contoh kecil, dimana kita memiliki hewan peliharaan yang teramat kita kasihi. Hari – hari ia diperhatikan, tercukupkan makannya, kesenangannya menjadi yang utama, dan kehadirannya berpengaruh besar dalam menaikkan perasaan bahagia di dalam hati. Suatu ketika berbahagialah kita atasnya dengan tak pernah memikirkan sesuatu hal yang buruk sekalipun pasti akan terjadi di masa depan. Tak lama setelahnya hewan itu meregang nyawa. Seketika mungkin kita akan mengutuk waktu, lupalah kita padahal setiap keadaan pasti tak pernah lepas dari sisi penyeimbangnya (Seperti halnya ada tawa ada tangis).


Khilaf barangkali orang biasa menyebutnya. Tak apa barang satu sampai dua kali terjadi, tapi jangan sampai kita terus – terusan berlebihan menanggapinya semisal dengan rutukan atau bahkan tangisan mengaum yang tiada akhir.


Sekarang sesaat setelah tahu akan ini, harusnya kita sudah mulai bisa mendewasakan diri dengan mencoba untuk netral atas keduanya. Bahasanya begini “Kalau siap menyambut kebahagiaan maka harus siap menanggung resiko sedihnya di kemudian hari, jika sedia menyambut yang akan datang maka harus relakan kalau suatu hari akan pergi, bilamana menyiapkan diri untuk singgahnya sesuatu maka harus tahu bahwa singgah bisa menemukan yang namanya tak menetap”.


Hanya hal sederhana yang tak berbobot dalam tulisan kali ini. Tak ada yang perlu menjadi perdebatan dan memantik itu karena sekarang aku tengah menyukai ilmu air yang mengalir. Aku ikuti naluriku dimana dan kemanapun ia hendak pergi membawa jemariku menari di atas keyboard.


Oh yah, ada satu hal penting yang ingin ku sampaikan. Ini tentang perasaan yang harus kita upayakan dalam menanggapi dua hal berkeballikan ini. Yakni dengan rasa sabar, rasa syukur, dan berpasrah terhadap ketentuan Tuhan.


Tak ada sesuatu daya pun yang dapat terjadi kecuali atas ridho-Nya. Dan kita tak pernah tahu apa yang bahagia itu membawa kebajikan atau justru sebaliknya, serta apa yang sedih membawa mudharat atau malah kebalikan dari itu. Kita tak pernah tahu.


Tapi sebagai manusia yang menghamba patutlah kesadaran itu tumbuh subur dalam ingatan. Sehingga saat kita dalam keadaan yang menurut kacamata manusia buruk itu, kita dapat melewatinya dengan berlapang dada, dengan keyakinan penuh bahwa dibaliknya pasti ada sesuatu pelajaran yang berguna untuk keberlangsungan hidup kita.


Selama masih bernyawa kita di bumi, maka selama itu pula dua hal berkebalikan itu mengiringi setiap langkah kita. Tak apa, tak perlulah berpikir berat bagaimana kita mencondongkan diri terhadap apa yang dipandang baik. Cukup jalani hidup dan siapkan diri akan kemungkinan setelah apa yang kita alami, sesederhana itu ternyata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!