Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Surat Awal Bulan Maret

Gambar
Halo, kamu.. Hari ini adalah awal dari bulan Maret, itu artinya kita telah dua bulan menempuh tahun 2021 dengan sedikit banyaknya kekhawatiran yang tak kunjung reda. Bagaimana harimu? Masih tetap semangat kan meskipun pandemi tak mau menghilang? Benar, kita tak punya pilihan selain untuk menguatkan satu sama lain. Cuaca sering mendung yah akhir – akhir ini? Sepertinya bumi dan langit sedang tidak baik – baik saja. Air mata langit pun terasa agak berlebihan karena harus menggenangi beberapa kawasan. Menjadi sebab bencana banjir atau bahkan lebih parahnya longsor. Apa mungkin kalau langit dan bumi sedang berseteru akan sesuatu hal? Oh ayolah, ini terlalu rumit untuk dimengerti oleh kita yang hanya menumpang di bumi. Apa mereka berseteru sebab perilaku kita selama menumpang di bumi ini yang tidak tahu aturan? Ah yah, setidaknya kita harus sadar diri dan banyak merenungi kesalahan lalu. Entah itu yang kaitannya dengan ketamakan, kesombongan, atau kebodoamatan terhadap p

I Can See Your Deep Eyes

Gambar
Ini adalah jum`at terpanjang dengan hujan yang memeluk ringkihnya tubuhku. Yang tepat tiga pekan lalu masih seorang bisu nan tak dapat berkata apapun walau badai masalah menerpanya. Bara, begitu kusebut lelaki dengan mata sayu dan rambut tak terurus itu. Hari hari ia lewati dengan senyum merekah di wajahnya. Hanya karena aku diam bukan berarti aku tak mengerti bagaimana ia sejatinya. Seseorang bertanya padaku, bagaimana aku melihat sosok Bara. Aku mengatakan dia adalah tipikal lelaki humoris dan cerewet. Tentu saja aku menolak jujur, sesuatu hal yang sifatnya sangat sensitif tak perlu dikatakan untuk kepentingan informasi orang lain. Beberapa kali aku menghabiskan waktu dengan sosok Bara. Pandangan orang lain terhadapnya sudah pasti mengarah pada asumsi aneh, nakal, dan pembangkang. Sejatinya ia hanya memoles sedikit warna asli pada jiwanya. He is a good boy, and I know about that . Maaf, karena Syifamu ini harus bercerita. Baik, mari kita teruskan. Suatu ketika, se

Beloved Doraemon dan Kacamata Transparan Ajaibku, Gotcha!!!

Gambar
Masih ingat dengan kartun kesayangan dari Jepang? Clue -nya ialah robot kucing biru pemilik kantong ajaib. Yaps, Doraemon dan tokoh parasit yang membersamainya yakni Nobita. Siapa yang tidak tahu tabiat Nobita? Pemalas? Mudah menyerah? Selalu ingin yang instan? Dan selalu bergantung pada orang lain? Yah, semua itu adalah Nobita. Dari sosoknya mungkin sisi lain yang kita dapati ialah ia yang terlalu baik hati sehingga mudah ditindas, ramah, penolong, tidak menyimpan dendam, dan jangan lupakan kisahnya sebagai sadboy karena cinta sepihaknya kepada Shizuka. Kelak kita tahu mereka berjodoh di masa depan. Takdir tetaplah di tangan sang penulis naskah, wkwk. That’s the truth story of Noshi (Nobita – Shizuka : gaya shipperku, wkwk). Sedari kecil kita disuguhi adegan khayali dalam film ini. Di hidup Nobita selalu terjadi masalah yang membuatnya terus berputus asa. Oh ayolah, memang hidup adalah sumber masalah (Note: temanku, Viola mengatakan “tergantung pribadi masing – masi

Masih Manusia, Maka Wajar Punya Resah

Gambar
Aku memanglah terbatas dalam segi kemampuan bernalar. Walaupun sejak jenjang SMA telah diperkenalkan dengan yang namanya berpikir dengan nalar, namun tetap saja tak membuatku kemudian mampu memahaminya melebihi dari definisi yang ada. Segala sesuatu tak akan terjadi tanpa sebab, maka aku sekarang ini yang tengah duduk manis menatap layar pc mencoba untuk mengingat dengan baik. Ah yah, barangkali sebab terbiasanya aku menerima sesuatu yang diberikan tanpa bantahan. Seperti halnya tidak pernah memprotes apa yang disampaikan guru, karena menganggap guru itu sudah pintar dan tak pernah salah. Pikiranku tak pernah benar – benar diasah sebagaimana yang selalu dilakukan dalam organisasi yang baru kusambangi ini. Kalau aku mengatakan ini sebuah kesulitan, maka aku tak pernah bohong atasnya. Setiap kali aku berpikir bahwa aku mampu, sekali waktu sesuatu seakan membuatku merasa bahwa aku tak akan mampu. Metode belajar dengan mengandalkan kebebasan berpikir dan usaha dalam men

Sebenar - benarnya Pelita dalam Kedunguan

Gambar
Perkuliahan telah aktif sejak tanggal 22 Februari di Hari Senin. Setelah sebelumnya sempat terkendala dalam pengisian KRS tersebab beberapa faktor yang diantaranya terkait ukt dan murni kesalahan pribadi yang tidak bisa mengakses siakad, sebagaimana yang dialami beberapa temanku. Hal ini pula yang menyebabkan menjelang datangnya UTS nanti, ditiadakan yang namanya minggu tenang. Kini aku yang telah memasuki dunia perkuliahan dalam semester dua, boleh dikatakan cukup bersyukur karena walaupun “kuliah yang belum dikatakan sah” ini aku sudah mulai membiasakan diri dengan teman seangkatanku utamanya dalam komunikasi mahasiswa kelas. Lain dari itu, mungkin hanya kendala sinyal dan keterlambatan informasi yang tetap menjadi primadona perkuliahan. Hari ini tepatnya Hari Selasa merupakan hari kedua setelah aktifnya kembali dunia belajar mengajar perkuliahan di universitasku, Universitas Trunojoyo Madura. Aku tahu kegugupan akan senantiasa bertandang sebagaimana yang sebelumnya

Monolog Qalbu : "Terkungkung Dogma atau Melepaskan Diri dan Membuka Pikiran?"

Gambar
Sejak kecil kita hidup dalam lingkup keluarga yang memeluk kepercayaan masing – masing, terlepas dari keluarga yang berkepercayaan berupa turunan atau memang jalan dari kehendak hati sendiri. Sejak kita dilahirkan ke dunia tak pernalah kita bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Kita membutuhkan tangan yang terulur lembut memenuhi kebutuhan dan merawat kita sepenuh hati. Atas dasar itu kita tidak dapat memilih apapun yang kita kehendaki, melainkan berdasar kepada apa yang dikehendaki oleh orang – orang yang merawat kita. Maka tanpa sadar, terkadang orangtua mendikte kita bahkan hingga usia yang bisa dikatakan mampu mempergunakan akal dan pikiran sendiri untuk menentukan yang terbaik bagi jalan yang kita pilih. Tidak masalah, setiap orangtua memang memiliki kekhawatiran yang berlebih. Tapi tahukah? Suatu apa yang berupa pendapat apabila telah diterima dalam ranah khalayak ramai kemudian menjadi sebuah kepercayaan akan berdampak kepada pemeluknya itu sendiri. Maka yan

Bermuhasabah dengan Cerminan Surat Al - Hujurat Ayat 13

Gambar
Sedikit mengutip ayat dalam Al-qur’an yakni surat Al-Hujurat ( ayat 13) : Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Dalam kutipan ayat itu bisa kita ketahui bahwasanya manusia terbagi dalam dua jenis saja, yakni laki-laki dan perempuan. Bukan sebagaimana yang orang lain tambahkan terlepas dari sebuah candaan atau tidak, yakni kaum setengah (Laki-laki yang kewanita-wanitaan dan wanita yang kelaki-lakian). Kemudian dari padanya makna lain yang terkandung ialah bahwa manusia tercipta dalam sebuah hubungan dan hanya merupakan sari pati dari tanah yang dimakan oleh manusia itu sendiri yang kemudian menjadikan dalam tubuh sperma (dari laki-laki) da

What's Wrong With Nadira?

Gambar
Siang itu aku dan Nadira pergi untuk mengikuti tes wawancara dalam sebuah komunitas public speaking dalam SMA kita. Sebenarnya ia tak benar – benar berkeinginan untuk bergabung, hanya saja dia tak mau lepas dariku. Itulah sebabnya ia mengikuti kegiatan apapun yang ku ikuti. “Kamu yakin Re? disana kita bakalan dapet ilmu yang berguna?” “Oh hei, pertanyaan konyol macam apa itu?” mataku memicing memandang raut mukanya yang mulai mengucurkan keringat dingin di pelipis kanannya. “Mereka gak akan marahin kita kan? Atau memerintah kita semaunya?” sorot matanya menyiratkan ketakutan yang berlebihan. “Kalo itu beneran terjadi, aku yang bakalan gontokin mereka. It`s okay , percaya kan sama Rere?” ku rangkul pundaknya untuk meyakinkan. Singkatnya kami melalui tes wawancara dengan waktu yang berbeda. Aku yang terlebih dahulu, sedang Nadira urutan ketiga setelahku. Maka aku menunggu giliran Nadira dengan sabar. Dua hingga tiga puluh menit berlalu Nadira pun mendapat bagia

Mitoskah? "Kabotan Jeneng" (Berat Nama)

Gambar
Pernah dengar anak sering sakit – sakitan sedari kecil disebabkan orangtua yang salah memberikan nama? Masyarakat Jawa di daerah Jawa Timur khususnya Probolinggo sering menyebutnya dengan “ Kabotan Jeneng ” atau dalam bahasa Indonesianya kelak kita tahu ialah keberatan nama. Seringkali aku pun menemui hal semacam ini di sekitaran rumahku. Tak jarang beberapa dari orangtua mengikuti apa yang dikatakan oleh sesepuh, yakni mengganti nama anak yang sedang sakit – sakitan itu. Dalam benakku, adakah keterkaitan diantaranya hanya sebuah nama dengan urusan kesehatan? Tentunya hal ini bertentangan dengan pendapat ilmu kedokteran yang tidak dapat membuktikannya secara ilmiah. Mungkin aku menyetujui bahwa pemberian nama ialah do`a, tapi tidak untuk kasus yang satu ini karena berkecenderungan dibuat asal - asalan. Aku memang mendengar, malah semakin merasa muak dengan apa yang selalu kudengar. Sayang sekali, pendapat tetua tentunya akan lebih diterima dibanding dengan pendapat

Idealis yang Tidak Realistis (Membuka Jalan Pikiran dengan Stoisisme)

Gambar
Ada salah satu filsafat yang masih relevan digunakan dalam perkembangan zaman, bahkan yang semakin menuju ranah melampaui modernitas ini. Ialah filsafat stoisisme / Stoicism yang merupakan cabang dari filsafat helenistik. Sebuah awalan yang mana belum pernah ku ketahui, karena sebelumnya aku tak pernah tertarik sekalipun untuk mempelajari filsafat. Sebagaimana dahulu guru agamaku mengatakan, bahwasannya untuk ilmu filsafat ini harus benar – benar dipahami agar tak menimbulkan salah tafsir yang mengakibatkan diri akan melenceng dari agama yang dianut. Aku yang terkungkung dalam pemikiran idealis dan kurang realistis ini berpikiran bahwa aku akan bisa mendapatkan segala apa yang kumaui tanpa harus memilih diantara keduanya. Ingat aku, di malam diskusi buku terakhir sebelum menjalani pendidikan dan pelatihan di Madura. Saat itu aku dihadapkan pada dua pilihan yang mana pilihan itu mencakup pengabdian di masyarakat atau mendapat nilai yang sempurna dalam mata kuliah.

Miracles in Goodness

Gambar
Saat kepulanganku setelah hari pendidikan dan pelatihan yang memakan waktu banyak itu, aku membawa senyuman hangat yang terbit dalam diriku. Walau saat sampai di pelabuhan, kapal yang akan aku tumpangi telah berlayar dan masih terlihat baru berangkat dari dermaga. Aku menertawai diri sendiri dan Viola yang terlihat kesal karena kebodohan kami pagi itu. Yah, aku bersama Viola yang akan menyeberang menuju Pelabuhan Tanjung Perak dengan tujuan kota yang berbeda pada akhirnya. Aku menikmati udara sejuk pagi itu yang membawaku mengingat kembali peristiwa pendidikan dan pelatihan yang sudah mulai kurasai kebiasaannya. Rasa sedih menggelayuti hatiku, rasanya baru kemarin aku bisa berkumpul secara offline dengan teman satu angkatanku yang berbeda prodi. Terlepas dari semenyebalkan apapun mereka namun bagiku tetap saja perpisahan adalah hal buruk yang paling tidak kusuka kehadirannya. Singkatnya, aku dan Viola mulai masuk ke dalam kapal dan memilih tempat duduk di tengah ya

P4 Kuncir Kudaku yang Malang

Gambar
Suatu pagi menjelang siang hari, lelah telah menggerayangi tubuhku sejak pertama kali duduk bersandar pada bangku bis. Ini adalah bis keduaku setelah turun di Bungurasih, yang ke selanjutnya menuju Pelabuhan Tanjung Perak untuk menyebrang hingga sampai pada pulau Madura. Sebelum itu, mataku sibuk merotasikan diri mencari bangku kosong di dekat kemudi depan. Yah, aku harapkan bisa duduk di bangku penumpang paling depan hanya agar tidak mengantuk saja. Alasan yang kurang bisa diterima begitu saja, tapi yah begitulah setidaknya menurutku. Bis berjalan sesaat setelah aku mendudukkan diri dan bersandar barang sejenak, oh ayolah badanku serasa remuk dan yang paling mengejutkan ternyata seseorang datang memintaku menggeser duduk, bodohnya aku tidak menyadari kalau memang ada seorang penumpang disebelahku. Aku tidak menyadari ada satu tas punggung disebelahku, ku pikir itu milik penumpang didepan. Akhirnya aku pun membagi kursi dengannya. Sejenak aku melihat pemandangan kan