Akhir Tahun Masehi (2020)
"Mugo
anakku edan kabeh,"
Doa
beliau terdengar orang lain kala itu, kenangnya. Namun tak sesiapa pun berani
menegurnya dan bertanya.
Di
sela cerita aku menanggapi,
"Mengapa?,"
Tanyaku keheranan.
Wajah
berseri lengkap dengan wibawanya tersebut kemudian mengatakan,
"Bapak
belum selesai, sisanya bapak simpan dalam hati (.... Gila karena kecintaannya
terhadap Rabb dan Rasul-Nya),"
🥀
____
Sebelum
aku berangkat ke perantauan, itu adalah sekelebat kisah yang sedikit menggores
batinku. Bagaimana bisa kepercayaan sebesar itu beliau limpahkan padaku. Aku
menjadi beberapa tahun lebih tua daripada tahun terdahulu dimana rasanya
sekarang bisa dikatakan adalah masa kemunduranku.
Aku
hanya bisa menatap netranya yang bersinar siang itu. Oh Tuhan, bapak tengah
menegurku dengan do'anya. Dan dengan sangat kurang ajar nyata aku belum mampu
mengabulkan do'anya. Seketika rasa malu menggelayuti batinku. Maaf bapak,
Maaf
putrimu belum mampu seperti apa yang engkau kehendaki, maka sertakanlah
bersamaku keyakinan sehingga apapun rintangannya akan mampu kulalui. Sertakan
padaku restu sehingga segala sesuatunya tidak lagi perihal manusia, harapan
maupun perasaan apapun terhadap lawan jenis.
Tahu
benar ia lukaku,
"Demi
Allah, bapak tidak pernah menyakiti hatimu. Apa bapak harus ikhlas orang lain
menyakiti kamu bahkan sebelum bapak menyerahkanmu kepadanya?,"
Ujarnya
kala aku sedang patah oleh harapanku sendiri saat itu. Aku semakin jatuh cinta
kepadanya, sangat dalam sampai rasanya tak mampu diurai dengan kata. Ia
memahami lukaku, menarikku kembali guna menata harapan baru, menemani dan
selalu membuatku merasa lebih baik lagi dari keterpurukan masa itu.
"Itu
fitrah, tapi bagaimana cara kamu menanggapi dan percaya akan semua
ketentuan-Nya,"
Cukuplah
tahun masehi ini berakhir dengan do'a beliau yang baiknya tersemogakan. Aamiin
Komentar
Posting Komentar