Krisis Iklim Disebabkan Oleh Korupsi?

Pada Hari Kamis, lebih tepatnya tanggal 28 kemarin dalam koran digital tempo mengangkat tema besar berupa krisis iklim dengan hashtag “Muda yang Peduli”. Adapun hal ini menjadi sangat penting sebab dalam kacamata generasi z maupun milenial beranggapan bahwa isu lingkungan selama ini seolah tengah dinomor duakan. Mungkin bagi sebagian orang berita ini akan menjadi hal yang biasa, setelah dikupas tuntas nyatanya banyak menyita pikiran untuk turut memusingkan apa yang terjadi pada alam kita saat ini.

Sebelum lebih jauh, bagi orang awam yang masih asing dengan istilah generasi z maka sederhanya dapat diartikan sebagai generasi yang lahir antara tahun 1997-2012. Baiklah, sekarang beralih pada pokok bahasan utama. Salah satu berita utama mengingatkan buku “Dunia Anna” karya Jostein Gaarder. Bagaimana tidak, lead berita membahas ihwal anak kecil berusia 11 tahun yang mulai berinisiatif untuk membuat situs web mengenai informasi krisis iklim. Seperti yang sudah diketahui umum, memanglah iklim sangat mengkhawatirkan.

Yayasan Indonesia Cerah bersama dengan Survei Indikator Politik Indonesia melakukan survei yang mana hasilnya menunjukkan sebagian besar responden berada pada rentang usia 17-35 tahun (Generasi z dan milenial). penilaiannya meliputi kekhawatiran mayoritas atas masalah serius berupa perubahan iklim yang dampaknya tengah dirasakan. Bahkan, survei menarik kesimpulan bahwa sebagian besar mereka meganggap krisis iklim ini sebagai ancaman yang berbahaya setelah rating tertinggi berupa korupsi.

Menariknya, disini ditekankan bahwa sebenarnya sikap su`udzon generasi tua terbantahkan melalui survei yang digagas menjelang peringatan sumpah pemuda itu. Sebab nyatanya banyak sekali responden dari kaum muda yang sama mengkhawatirkan nasib yang menimpa Indonesia sendiri khususnya. Katakanlah sudah banyak juga di sosial media yang memperlihatkan aksi muda-mudi dalam melestarikan lingkungan, menggalakkan diet kantong plastik, jeda untuk iklim, membersihkan sungai dari limbah botol, dan masih banyak lagi.

Dari hal yang terdekat saja, salah satu mahasiswa Agribisnis dalam Universitas Trunojoyo Madura (UTM) memperlihatkan aktivitasnya dalam keseharian yang sangat produktif. Dirinya turut andil dalam berbagai kegiatan yang kaitannya dengan aksi pembersihan lingkungan hidup. Tak hanya sampai disana, bahkan limbah plastik tersebut dibersihkan dan ditata sedemikian rupa sehingga menjadi hal yang aesthetic dan menarik minat banyak orang untuk hanya sekedar berswafoto atau mungkin tersenyum miris dengan banyaknya limbah.

Adapun kegiatan yang sama juga diinformasikan berada di daerah Pasuruan, tepatnya dua pekan yang lalu. Dimana segerombol mahasiswa berinisiatif membersihkan sungai Bulusari di Desa Bulusari tersebut. diketahui hal ini diinisiasi oleh ecoton, yakni lembaga nirlaba bagian lingkungan yang berada di Surabaya, juga di The Body Shop. Mereka melakukan semua itu sebab menurut keterangan warga yang ada, sungai itu dulunya memiliki komoditas udang yang lumayan namun karena banyaknya limbah sehingga sekarang tidak ada lagi.

Dari penjabaran ahli yang tertera di dalam berita, divalidasi bahwa penyebab hilangnya komoditas udang karena adanya limbah plastik. Limbah plastik yang ada apabila terpapar sinar matahari akan berubah menjadi mikroplastik. Mikroplastik itu yang kemudian mengganggu plankton yang hidup di dalam air sungai. Sehingga yang terjadi ialah dampak berkelanjutan sebab plankton merupakan makanan dari komoditas ikan yang ada serta bagian dari rantai makanan yang cukup berpengaruh pada ekosistem sungai disekitarnya.

Membahas perihal iklim, tidak kalah asiknya dengan politik. Sebab nyatanya dalam berita antara keduanya dipadu padankan dalam sebuah lingkup yang sama yakni kategori ancaman. Ada pula pernyataan narasumber yang menyatakan bahwasannya krisis iklim tak jarang berawal dari adanya korupsi. Bagaimana bisa? Yah, bisa saja sebab terkadang korupsi yang bergerak di beberapa sektor tertentu dalam pemerintahan misalnya dalam pertambangan turut andil dalam pengrusakan alam.

Secara lebih jauh, apabila ditelisik lagi tentu anak Sekolah Dasar pun mengerti bahwa alam akan rusak karena pola tingkah manusia sendiri. Pembuangan sampah sembarangan, utamanya sampah anorganik yang tidak ramah lingkungan dan sulit terurai. Kemudian ada pula pengerukan bahan tambang besar-besaran yang menyebabkan bencana alam. Selain dari itu juga ada yang namanya pembuangan limbah cair pada lingkungan sekitar tanpa penyaringan terlebih dahulu, serta banyak lagi lainnya.

Dalam skala besar, kejadiannya tak kalah besarnya. Ada yang namanya perluasan lahan tentu dengan penggundulan hutan, pembakaran hutan, dan cara keji lainnya untuk sebuah proyek yang bisa jadi melahirkan praktik korupsi pula di dalamnya. Semua tergabung dalam satu kesatuan yang menjadi ancaman besar bagi kehidupan masyarakat dan alam. Segala bentuk pengrusakan lingkungan akan mempengaruhi ekosistem, juga memberikan dampak langsung kepada alam seperti halnya karbondioksida yang cepat membumbung ke atmosfer.

Alam adalah hal yang paling dekat dengan manusia. Segala bentuk aktivitas sealu bergantung pada kebaikan alam. Untuk itu, segala krisis yang tengah menjerat kehidupan masyarakat tak jauh dari perilaku masyarakat itu sendiri. Berita ini mengangkat isu sosial yang menarik dan kekhawatiran muda-mudi juga turut menjadi sorotan. Namun, hal yang terpenting ialah bagaimana kita mampu memposisikan diri sebagai salah seorang yang peduli. Tidak juga harus berkoar-koar. Cukup jadikan contoh pada orang lain biduk perilaku kita yang peduli kepada lingkungan, syukur pula apabila menumbuhkan kesadaran bagi orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!