404

Hari ini Hari Selasa, yah!

Ini kali pertama aku berada dalam keheningan yang berlarut-larut. Bukan hening yang membawa damai, tapi masih dengan hening yang suka membawa pikiran-pikiran aneh. Aku terus berpikir apa pemicunya sampai bisa begini. Dan bahkan sampai aku duduk untuk menulis catatan ini pun semua tetap sama, tetap pada keresahan yang membuat badanku bermandikan peluh sekalipun sedang terlelap dalam tidur. Aku juga mengalami bangun pagi yang tidak menyenangkan, badan sakit semua dan kondisi mata yang bengkak.

“Apa anak gadis menangis tanpa sadar dalam tidurnya?”

Kupikir tidak, karena itu sanngat konyol. Kemudian ku tatap wajahku di cermin, kata ibu cahayanya hilang. Tapi aku tidak percaya, karena wajah tidak pernah menghasilkan cahaya. Mungkin itu hanya kalimat kuno yang dilayangkan untuk mengetahui isi hati seseorang. Tapi silahkan menyelam! Baik di mata maupun hati kau tidak akan menemukan apapun selain kekosongan. Tidak ada yang bisa aku katakan, tidak ada yang aku sembunyikan, semua akan terasa sia-sia karena aku bukanlah aku. Aku mulai berhitung mundur dari angka tiga, berharap ini hanya delusi.

“Kau terbangun, dan selalu terjaga. Bahkan dunia seolah menjadi mimpi buruk bagimu setiap waktu”

Padahal tidak ada yang mengatakan bahwa hidup itu akan baik-baik saja. Dan aku sampai pada kejenuhan dengan pola hidupku setiap harinya. Melihat itu orang tuaku membiarkanku tertidur sepanjang hari, mereka tahu itu yang kubutuhkan saat ini. Tak ada pekerjaan rumah yang harus kulakukan. Tak ada pekerjaan sekolah adikku yang harus kubantu, dan ia bilang cukup aku tidur saja karena wajahku terlihat lebih tua. Oh ayolah, aku memang sudah tua dan itu benar adanya. Aku mengatakan itu, dan adikku hanya memberikan senyuman mengejek.

Saat aku melihat meja belajarku, tak ada lagi minat seperti dulu saat masih di bangku sekolah menengah yang menggebu. Tak ada perasaan “harus” kulakukan semua lagi agar menjadi sempurna. Aku mengambil ikat rambut dan kemudian menyepol rambutku asal tanpa di sisir. Aku mendengus perlahan karena cuaca sangat panas siang tadi, meski begitu ternyata tak sampai membuatku ingin mandi pagi. Bahkan untuk keluar kamar saja rasanya tidak nyaman. Aku benci ditanya, ah tidak. Maksudku jangan tanya apa aku mau mandi atau makan. Tentu akan aku lakukan, jika mau.

“Kali ini terserah saja Tuhan! Aku mengatur hidupku dan sekarang berantakan, maka mulai detik ini terserah pada-Mu”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!