Resensi Buku : "1984" Oleh George Orwell
Judul : 1984
Penulis : George Orwell
Penerjemah : Landung Simatupang
Penerbit : PT. Bentang
Pustaka
ISBN :
979-3062-33-9
George
Orwell dengan nama asli Eric Arthur Blair merupakan pria kelahiran India pada
tahun 1903. Keluarga Orwell berpindah ke Inggris di tahun 1907 sebab sang ayah
bekerja di Inggris sebagai pegawai negeri. di tahun 1917 Orwell masuk ke
Sekolah Eton yang dikenal bersejarah pada masanya, disanalah Orwell mulai rutin
memberikan tulisan-tulisannya guna berbagai kebutuhan majalah di sekolah
menengah.
Pada
rentang tahun 1922 sampai 1927 Orwell bergabung dalam kepolisian, tepatnya di Indian Imperial Police di Birma, atas
dasar itu ia pun terilhami dalam karangan novel pertamanya yakni Burmese Days (1934). Setelah tahun itu
Orwell sempat mengalami penurunan perekonomian dan sempat berpindah ke Paris
serta menetap disana kurang lebih dua tahunsebelum kembali ke Inggris.
Perihal
buku terbitannya, sudah banyak yang dikenal oleh mancanegara. Utamanya khas
pembawaan serta alur cerita yang disuguhkan oleh Orwell cenderung tepat sasaran
walau dibungkus rapi dengan permisalan dalam dunia peternakan dan sosial yang
ada. Novel yang dimaksud ialah Animal
Farm dengan nuansa Alegori politik yang unik, serta novel lainnya ialah
yang berjudul Nineteen Eighty-Four
yang membuat Orwell tenar dan mencapai kejayaanya dalam dunia kepenulisan.
Dalam
pembahasan kali ini akan mengulik lebih jauh mengenai novel yang dianggap
relevan dalam setiap perkembangan zamannya, yakni novel Nineteen Eighty-Four (1984). Novel ini merupakan novel yang cukup
mengesankan bagi para pembaca yang berkesempatan untuk membaca sekaligus
menela`ah isi daripadanya.
Alkisah
dalam sebuah negara kumuh yakni Negara Oceania, terciptalah sebuah pemerintahan
yang teramat keji dan licik. Tiada yang baik-baik saja dalam negara yang serba totalitarian
ini. Dalam tubuh pemerintahannya, terdapat 4 departemen yang nama departemen
dan kegunaannya sama sekali berbeda atau berkebalikan. Yang pertama ialah
departemen kebenaran yang bertugas mengatur kebohongan, kemudian ada departemen
perdamaian yang bertugas membuat peperangan, departemen cinta kasih gunanya
mengatur penyiksaan terhadap orang yang berkhianat terhadap aparatur negara,
dan yang terakhir ialah departemen kelimpahan yang dimana bersangkut paut
dengan kelaparan. Sebenarnya dapat dipahami bahwa ini merupakan pengembangan
dari pemerintah terkait dengan pemikiran ganda dimana memaksa masyarakat untuk
menerima pernyataan salah menjadi sebuah kebenaran.
Kisah ini
berlangsung di London, dengan pola pemerintahan otoriter yang sekaligus merubah
semua tatanan hidup serta cara berrpikir masyarakat. Ada pun yang paling
mengejutkan adalah tindakan yang mana pada setiap pagi hari semua orang
diperkenankan memulai harinya dengan “Two Minutes Hate” yang isinya perkataan
kasar atau ujaran kebencian kepada musuh dengan waktu 2 menit lamanya.
Kehidupan
sosial masyarakat Oceania sangat memprihatinkan, bagaimana tidak jika gedung di
kota pun sangat kumuh, jalanan tidak terawat dan kotor, serta ada banyaknya
sampah yang berserakan. Produksi pabrik terlampau rendah, namun yang sangat
disayangkan ialah propaganda pemerintah yang menjalankan produk berita seolah
mengatakan produksi berjalan baik sehingga rakyat tidak tahu kebenarannya. Parahnya
lagi dimana pun bahkan di sudut ruangan tertutup pun dalam bagian masyarakat
ada layar besar yang menampilkan sosok Big Brother yang mengawasi seluruh
rakyatnya.
Ada juga
permainan atau siasat halus yang dijalankan oleh pemerintah yakni adanya
beberapa bahasa yang dibuat kabur (mengubah makna kata), contohnya ialah pada
saat ada pemecatan buruh, maka pemerintahan menyebut itu sebagai perampingan.
Mungkin hal ini lebih bisa dikatakan sebagai bahasa politik yang tujuannya
mengeccoh dan menghindari perlawanan masyarakat bawah.
Cerita
pada buku novel ini memang fiktif, namun alur dan penggambaran yang disajikan
Orwell cukuplah epik dimana secara lengkap mengupas kehidupan yang mengerikan
dibawah pemerintahan totaliter. Manusia seolah dipersamakan dengan robot yang
bahkan tidak mampu untuk berpikir bahkan bagi keperluan dan hajatnya sendiri.
Semua pikirannya terjerat pada keputusan yang dibuat oleh partai dan penguasa.
Dalam
praktiknya, bahkan negara yang tidak disebut sebagai negara totaliter pun
terkadang tak pernah luput dari hal yang sama. Sama mengatakan a namun penerapannya
ialah b, mungkin saja ini sudah menjadi hal yang wajar maka tak ayal jika
kebanyakan orang menyebutkan bekerja di pemerintahan merupakan pekerjaan yang
kotor dan wajib dihindari. Cerdasnya Orwell, ia menulis buku 1984 ini mulai
tahun 1948 dan dicetak dan disebarluaskan di tahun 1949 dengan mampu menceritakan
kekuasaan suatu rezim yang keterlaluan dalam mengatur dan mengamati gerak-gerik
warga negaranya sendiri.
Sebagai
seorang yang menyukai dunia perpolitikan, sejarah, atau semacamnya maka buku
ini sangat direkomendasikan untuk menambah pengetahuan tentang beberapa hal
yang mungkin saja perlu untuk dikaji lebih lanjut. Dari segi pembahasan dan
bahasa sudah cukup baik, sebab penerjemah tidak menghilangkan ciri khas bahasa
Indonesia kita dalam menerjemahkannya sehingga mudah untuk ditela`ah.
Komentar
Posting Komentar