SURAT CINTA UNTUK MBUH GAK TAUU!!!!

Hari ini aku kesal sebab salah seorang temanku mengatakan bahwa akan ada peniadaan terhadap tindakan offline pembelajaran baik bagi sekolah dasar, menengah, atas, maupun perguruan tinggi. Hal itu membuatku geram bukan kepalang. Maksudku, oh ayolah ini sudah menginjak pada bulan yang kesekian setelah peniadaan UN bagi angkatan 2020 dan diluluskan secara tidak hormat sampai – sampai tak memiliki kenangan yang berarti dalam perpisahannya. Kejengkelan demi kejengkelan menggelayuti sanubari seakan mengatakan bahwa angkatan tahun 2020 (Akt`20) selalu tertimpa kesialan.

Tahu sendiri kan? Akt`20 dalam masa SMP menjadi bahan percobaan dari ujian tulis ke ujian dengan basis komputer, lalu beragam pergantian kurikulum (kalau yang ini mungkin semua yah), dan yang terakhir ialah ujian hidup yang disebabkan oleh virus tak terlihat atau yang kalian sebut CORONA!!! Jangankan menyebutkannya secara lisan, melihat huruf c saja rasanya sudah sensitif sekali.

Tempo hari aku melihat snap whatsapp dari teman seprodiku (Agribisnis), disitu ia lampirkan sebuah cuplikan video pernyataan entah dari Bupati Boyolali atau siapa itu (aku hanya mengingat tulisan Boyolali). Yang ia khawatirkan dari sistem daring bukanlah apa – apa, melainkan pada mental siswa yang dimisalkan anak SMP yang sudah mencapai jenjang pertama SMA. Kalau – kalau semisal daring akan berlanjut dalam tahun – tahun berikutnya yang menurut isu atau kabar burung corona akan usai setelah 4 tahun? Hahhhhh? Iya 4 tahun hyung:`(, dengan begitu mental SMP akan tetap melekat karena tak adanya interaksi sosial sehingga ini akan berdampak buruk juga terhadap aspek lainnya dan tentunya akan mempengaruhi masa depan.

Setuju benar aku kalau semisal corona adalah suatu wabah yang wajib diputus mata rantainya hingga ke akar – akarnya (terlepas dari konspirasi atau bukannya si corona ini). Tapi untuk kebijakan mengundur atau bahkan tak izinkan proses pembelajaran secara offline itu merupakan suatu ketidakberuntungan bagi pelajar yang terus saja dipaksa “PRODUKTIF”. Mohon maaf, memangnya di rumah kita hanya akan mengerjakan tugas saja? Belum lagi dalam satu mata pelajaran atau mata kuliah selalu dengan banyaknya soal dan minim pembahasan (alasannya agar mandiri dan terus belajar, catat!!! Juga tiada hari tanpa produktif). Hmm, mungkin selain santet atau teluh, ini bisa dikatakan juga sebagai membunuh tanpa menyentuh. Canda bunuuuuuuuh, wkwk.

Apabila ditelisik lebih jauh, yang paling berantakan tatanannya selain dari segi ekonomi juga merambah pada dunia pendidikan. Suatu bangsa bisa maju dengan kaum mudanya dan generasi – generasi emasnya yang harus dipupuk dari awal. Lalu bagaimana jadinya apabila semua tersendat begini? Ditambah lagi ketidakmanusiawian tugas yang diberikan. Bukan membuat pelajar semangat, malah membuat banyak dari pelajar memilih untuk menyerah dan yang beberapa bulan lalu beredar pernikahan dini yang merajalela. Siapa yang salah? Aku? Atau teman – temanku? (Bacanya pake nada Cinta kepada Rangga di film AADC biar dramatis tis tisssss).

Kalau soal demi keselamatan bersama, dan lain – lain yang aku tak begitu tertarik mendengarkan lalu mengapa tak sekalian memutus interaksi sosial secara total? (ini ide gila, dari orang gila sepertiku karena aku menolak menjadi waras dalam keadaan semacam ini). Soal kematian itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, apa benar tak bisa memberlakukan sistem bergantian? Atau dengan cara yang lain selain meniadakan offline?

Jika tindakan yang diambil salah oleh pemerintah, maka dampaknya tidak main – main terhadap generasi yang katanya emas ini. Syukur – syukur tak menjadi emas karat, atau mungkin dalam pandangan orang merupakan mutiara terpendam (mutiara mainan maksudnya). Selamat tidur! Jangan lupa produktif, hihi.

#Dari orang yang kini sedang sepat matanya menatap layar laptop seharian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!