Mengatasi Rasa Malu

Malu, adalah bagian perasaan yang alami terjadi pada setiap individu. Menurut KBBI malu ialah merasa sangat tidak enak hati (hina, rendah, dsb) karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat atau kekurangan, dsb). Pengertian lainnya masih menurut KBBI yaitu segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, takut, dan sebagainya.



Sedangkan menurut studi baru dikatakan bahwasannya malu ialah sebuah mekanisme bertahan hidup yang memegang kendali dalam perilaku antarbudaya.



Dan menurut para peneliti, kekuatan rasa malu memaksa seseorang untuk berperilaku dengan metode yang diterima dalam sebuah kelompok. Hal ini dinilai berpengaruh dan penting untuk keberlangsungan hidup peradaban manusia.



Kita tahu sendiri bahwasannya rasa malu menekan diri kita untuk tidak lebih terbuka dengan apa adanya diri kita di mata umum. Tentunya ini menunjukkan bahwa setiap individu memerlukan untuk menjaga reputasi dan sebagainya.



Aku pernah membaca dalam sebuah buku karangan Daniel Nugroho yang berjudul “5 langkah menjadi pribadi unggul, memikat & berpengaruh”. Ia adalah seorang penggila dunia psikologi sehingga mengantarkan ia menjadi seorang mahasiswa psikologi dan bergelar sarjana atas program studinya tersebut. Kurang lebih ia mengatakan bahwasannya rasa malu itu muncul ketika masa kanak – kanak yang masih memiliki emosional yang rentan. Dengan begitu terkadang seorang anak yang pemalu akan merasa dirinya bukan apa – apa dibanding dengan anak lainnya, tak memiliki sesuatu apapun untuk ditonjolkan, tak berani menilai, tak berani mengutarakan pendapat, dan takut gagal.



Entah disadari atau tidak menurutku mungkin ini lebih tepatnya juga dipengaruhi oleh pola asuh masa kecil. Entah dia yang terbiasa tenggelam dalam kedominanan lawan bicara atau bisa juga karena ia yang dulunya sering mengutarakan pendapat namun mendapat feedback buruk sebagai reaksinya. Who know`s about that, apa saja bisa menjadi faktor penyebab dibaliknya.



Tak jarang rasa ini mengganggu di kala usia telah menginjak belasan tahun dan meminta kita secara tidak langsung untuk menjadi center dalam bersosialisasi dan berbicara di depan umum. Salah satunya mungkin di saat mempresentasikan sesuatu di depan kelas.



Rasa malu menggerogoti pemikiran hingga terkadang memunculkan efek berlebihan pada tubuh. Baik rasa meriang, berkeringat dingin, susah menelan air ludah, sulit berbicara, sesak dalam sepersekian detik dan sebagainya. Kau begitu? Tenang! Kau bukan satu satunya yang demikian.



Tentu itu sangat mengganggu aktivitas harian kita yang memaksa diri untuk tampil di muka umum. Jangan khawatir karena tak ada sesuatu pun yang tak dapat diatasi.



Jika sedang dalam mode seperti itu akan ada baiknya kita menarik nafas dalam – dalam dan mengeluarkannya lewat mulut (lakukan ini sampai kau merasa agak lebih baik), minumlah sedikit air putih bila perlu.



Kemudian cobalah untuk menggunakan tiga kata ajaib untuk berkomunikasi dengan sesuatu di dalam dirimu sendiri. Katakanlah kurang lebih demikian “Hai kamu maaf telah membawamu pada situasi sulit semacam ini, dan terimakasih sudah mau bersamaku untuk menuntaskan segalanya sekarang di depan orang lain, tolong kuatkan kita untuk bisa terus memberikan yang terbaik toh ini hanya akan berlangsung sebentar, percayalah kau bisa” (katakan saja sesuai dengan apa yang ingin kau katakan pada dirimu sendiri). Itu berkaitan dengan teknik menenangkan diri serta mensugesti pemikiran untuk selalu berpikiran positif dalam melakukan segala sesuatunya.



Yang terpenting juga, jangan sampai terlalu terpengaruh dengan pendapat orang. Karena jika kau melakukannya maka kau akan tetap dalam keterbatasan rasa yang tidak pernah bisa kau lampaui.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Selingkuh - Paulo Coelho

Resensi Buku : Skenario Perang Dunia III

Done for me