Kesemuanya Tak Mau Kau Gagal, Tapi ...

Rizky Firdaus Wijaksana, pria kelahiran Bandung pada tahun 1990 ini menekuni pekerjaannya di Industri Hiburan tanah air sebagai seorang pelawak tunggal, penyiar radio sekaligus sebagai aktor. Ia dikenal dengan nama panggung Uus di kalangan masyarakat luas. Siapa yang tak mengenal sosok ini, begitu humoris dengan pembawaannya yang ringan dalam setiap katanya. Tak jarang terkadang ia mampu membawakan leluconnya dengan sedikit mengaitkan masalah sosial bahkan kritik di dalamnya. Dalam suatu kesempatan di sebuah acara semacam podcast yang kulihat potongan videonya di Instagram, cukup membuat ketertarikan tersendiri bagiku untuk menjadikannya pokok bahasan ringan kali ini. Kurang lebih ia katakan demikian :



“Lakukanlah segala sesuatu yang ingin kau lakukan, karena semua orang itu berbasic tidak kesemuanya ingin engkau gagal namun hampir semuanya tidak ingin kau lebih dari dirinya”

-Uus-



Secara tidak langsung menurut asumsiku ini seakan kalimat yang mendorong seseorang untuk menuju suksesnya tanpa takut dan menyentil beberapa kerikil yang berniatan menghambat gerak seseorang.


Cukuplah untuk teguran bagi diri sendiri juga yang tentunya tak pernah benar – benar lepas dari rasa seperti halnya yang dikatakan Uus. Mungkin benar saja ia tak inginkan kegagalan atas proses berkembangnya seseorang, hanya saja sifat manusiawinya yang tidak ingin egonya sampai terlukai akibat dari pencapaiaan seseorang yang melebihi dirinya sendiri.


Yah, ego dalam diri selalu saja menjadi momok yang membawa pertentangan dan sejurus mengantarkan orang kebanyakan menjadi kalap ataupun tersesat pada jalan yang di kemudian hari membuatnya terkungkung pada penyesalan.


Sederhananya begini saja. Jika tak ingin diperlakukan demikian, maka berhentilah berlaku selayaknya apa yang tidak di inginkan terjadi pada dirinya (Pikirkan apa yang di kemudian hari bisa juga terjadi pada dirinya).


Semakin kita berfokus terhadap ancang – ancang orang lain yang akan menjalani prosesnya, maka sepanjang itu pula nyatanya kita tak pernah bisa mencintai perkembangan diri. Maksudnya, dengan fokus yang teralih maka kita tak bisa mengembangkan apa yang sudah kita capai, tentu hal ini akan membawa kemunduran terhadap diri dan mengantarkan kepada ketertinggalan terhadap kemajuan orang lainnya pula.


Nyatanya sikap bodoamatan itu bisa dipergunakan dalam beberapa situasi, tak terkecuali pada yang satu ini. Tidak perlulah kita melihat dan sibuk mengamati seseorang sampai berlebihan sehingga melalaikan kepentingan diri sendiri. Baru bisa kau mengamati kalau untuk kepentingan memacu diri agar termotivasi lebih giat lagi mencapai kemajuan.


Satu hal yang terpenting dan perlu sekali menjadi pegangan, ialah kenyataan bahwasannya setiap orang akan berubah nasibnya apabila ia mau mengusahakannya. Namun usaha disini tentulah bukan usaha yang bisa merugikan orang lain, melainkan usaha dari diri kita untuk terus berada pada jalan DUIT (Do`a, Usaha, Ikhtiar, Tawakkal) dalam implementasiannya.


Tetap semangat untuk terus mengembangkan diri dan berjuang untuk kebaikan demi masa depan yang baik. Untuk itu janganlah sampai kita menghambat dan berkeinginan buruk terhadap jalan seseorang yang jua ingin bergerak dan berproses dengan caranya sendiri. Tak ada untungnya berbuat demikian, bahkan mungkin akan membawa ketidakberuntungan atau petaka bagi kita sendiri di kemudian hari.


Fokuslah terhadap apa yang kau perjuangkan,  janganlah pula takut terhadap pemikiran orang dan bagaimana mereka berlaku terhadap apa – apa yang kita kerjakan. Sedikit banyaknya kekhawatiran tentu tetap membawa pengaruh besar kepada apa yang akan kita kerjakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!