Dandelion

Tercipta bagai segumpalan bola – bola kapas berwarna putih dengan kehalusan apabila diraihnya dalam telapak tangan. Tumbuh berkembang di alam liar dengan segerombolan ilalang yang menjunjung tinggi batang serta dedaunannya, menghilang di telan rerumputan gajah yang pula menutupinya dari keindahan dunia luar.



Randa tapak nama lainnya, lebih suka ku sebut sebagai dandelion. Cantik, sesuai dengan namanya.



Memanglah tak seindah bunga matahari yang bersinar kuning cerah membawa kegembiraan, tak seharum bunga mawar yang cantik bak parfum dunia, maupun tak semahsyur bunga tulip yang kemahalannya merupakan identitas kehormatan, serta tak tak yang lainnya.



Hanyalah satu yang kecil, tak diperdulikan. Bahkan mungkin keberadaannya menjadi sesuatu yang hampir tidak pernah dimaui. Siapa sangka dandelion yang sekecil itu ternyata dapat tumbuh dimanapun. Bagian – bagian kecil yang berterbangan dibawa angin membawanya pergi sejauh mungkin dan terjatuh di tempat dimana ia tak bisa memilih, untuk kemudian tumbuh dan berkembang disana.



Dandelion, dandelionku yang ku puja. Yang istimewa dengan keindahannya sendiri, yang berkarakter unik dibanding yang lain. Adakah kiranya tak ku perhatikan bagaimana detailmu yang begitu menawan? How beautiful you are!!!



Hadirmu mengajarkan betapa kehidupan ini sungguh tiada halus terhadap yang kecil (individu). Menjadi sulit untuk tampil diantara yang bermegah megahan atau berjaya di atas kategorinya. Bahkan memberi sedikit luka dimana mungkin tak akan pernah ada yang begitu memperhatikan.



Batang kecil dan tipis itu tumbuh bertahan di tanah yang mungkin tak mendapat banyak asupan zat hara di dalamnya. Bagian kecil bunganya selalu rela diterpa angin kemanapun perginya sejauh yang ingin angin hantarkan.



Tahu kiranya apa yang menjadi makna atas bunga mungil ini?



Yah, hidupnya yang bebas mengatakan siratan kalimat bahwa ia adalah sesuatu yang bisa bertahan dimanapun tempatnya.



Batangnya yang tipis menyalurkan makna betapa ringan dan rentannya ia bertumbuh dalam keadaan seperti apapun namun tetap bisa menjadi indah dengan caranya mempertahankan bunga dan berpegang terhadap akarnya (berkepribadian sederhana yang mampu berpegang terhadap prinsip hidupnya).



Bunganya terbang kan? Dibawa angin ke tempat yang jauh dalam keadaan terpencar dan satu persatu dari gugusan awalnya yang berupa gumpalan bola kapas. Bukankah ini bisa dianalogikan sebagai bentuk terpaan keadaan sulit yang memaksa kita untuk jalan lurus ke depan tanpa tahu bagaimana resiko yang dihadapi seorang diri di kemudian hari? Nyata dalam keadaan sendiri di artikan sebagai suatu keberanian menghempas segala apa yang menghalangi jalan termasuk ketakutan adanya masalah dan kseulitan (disini sebagai terpaan angin besar).



Kemudian bagian bunganya perlahan turun pada suatu tempat dengan keadaan masih utuh dan terjatuh dengan baik sehingga dapat kemudian tumbuh disana. Memberikan gambaran dimana ia bisa pergi sendiri mengarungi kehidupan dan berproses dengan baik di lain tempat yang membawanya akan suatu peradaban baru di dalam hidup.



Sejauh apa yang ada ternyata begitu banyak makna dalam semua hal bahkan yang terkecil sekalipun dari ciptaan Tuhan sebagai bentuk kuasa-Nya. Semua hal di dunia ini memberikan banyak gambaran akan bagaimana cara manusia sebagai makhluk yang disempurnakan dengan akal untuk memaknai segala apa sejauh mata memandang.



Akan selalu ada yang memberikan pelajaran hidup bagi kita yang mau peduli dan mengamatinya dengan karunia yang diberikan dalam bentuk indera ini. Setidak – tidaknya menjadi bermanfaat dengan mempergunakannya sesuai dengan apa yang seharusnya selain hanya beraktivitas dan berfokus pada dunia yang seyogianya sekarang sudah bermetamorfosa menjadi fokus terhadap segala apa yang diciptakan oleh tangannya sendiri, entah berupa robot, alat elektronik dan segala hal yang berkaitan dengan dunia digital.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Selingkuh - Paulo Coelho

Resensi Buku : Skenario Perang Dunia III

Done for me