Sahabat


Kita tak akan pernah tahu sejauh mana persahabatan akan bertahan. Kadang kala kita banyak mengatur sebuah rencana untuk masa depan, berharap selama perjalanan menuju ke sana tak menemui sebuah hambatan apa pun yang berarti. Dengan segala bentuk kelupaan bahwa sebenarnya Tuhan lah yang memiliki kuasa atas itu, kita terus saja memaksa segalanya.


Padahal, tak menjamin semua itu akan bertahan. Sekarang ini aku memahami bahwasannya memang tak ada yang perlu di ekspektasikan terlalu tinggi. Semakin tinggi sebuah ekspektasi maka semakin tinggi pula resiko sakit yang akan di tanggung di kemudian hari.


Bukan lagi sudah tak mau menjalin yang namanya persahabatan lagi, namun kehilangan yang pernah dialami seakan menjadi kenangan buruk tersendiri yang membuat gundah hati dan melahirkan sosok penakut dalam diri.


Semakin bertambahnya usia, maka akan ada saja yang pergi secara perlahan dari sisi. Tak menampik kemungkinan bahkan yang sudah berteman dan akrab sedari kecil. Bahkan untuk alasan kecil saja pun bisa merubah segalanya. Entah percaya atau tidak, aku mengatakan ini karena aku mengalaminya.
Untuk sedikit yang bertahan, aku terlalu takut untuk memikirkan bagaimana kedepannya lagi. Karena jujur, aku tak mau kehilangan yang namanya teman sedari kecil. Ini lebih menyakitkan dari apa yang pernah terlintas dalam benak. Lebih dari itu, dan tidak bisa terdefinisikan rasanya.


Untuk segala jenis sakit yang ku rasa, kehilangan seorang sahabat selalu bisa membuatku terpuruk dan memikirkannya setiap saat. Sebenarnya apa susahnya untuk menurunkan ego dari salah satu belah pihak? Lalu mengapa juga sangat sulit mengatakan maaf? Bukankah itu hal sederhana yang siapa saja bisa melakukannya.


Bukan, bukannya aku menggila untuk di hormati dan sejenisnya. Tapi diantara sahabat, saling menghargai bukankah memang ada yah? Walau dalam beberapa konsepnya mungkin diantara milyaran manusia ada yang tak memedulikan hal itu dan menggampangkan segalanya dengan mengatakan bahwa tak ada yang namanya kata maaf dan terima kasih dalam persahabatan.


Tidak ada batas, begitukah? Yang namanya sahabat pasti tahu apa yang menjadi ketidak sukaan sahabatnya yang lain. Kalau sekali dua kali di ulang itu tak akan membuat suatu masalah apa pun. Tapi jika melebihi dari itu, mohon maaf. Setiap pribadi memiliki titik jenuhnya tersendiri. Pilihannya ialah bertahan dengan rasa sakit karena terus bersabar, atau pergi dengan rasa sakit yang luar biasa tapi terbebas akan sakit yang lain.


Sebenarnya hanya bermasalah pada kata maaf saja. Ternyata kata maaf sangat ajaib dan mampu mengubah segalanya. Untuk itu aku pernah mendengar bahwa kata – kata yang hebat dan ajaib meliputi kata “tolong, maaf, dan terima kasih”. 3 kata yang akan menyelamatkan apa pun. Pengaruhnya pun akan sangat besar bagi segala bentuk keadaan.


Aku pun dalam hal ini sangat menyetujuinya. 3 kata itu adalah kunci dimana suatu hubungan sosial dengan pihak mana pun dan dimana pun akan terjalin dengan baik karenanya. Setidaknya sejauh ini itulah yang bisa ku katakan.


Jadi, bagi kalian yang selalu menggampangkan sebuah perkataan dan lain sebagainya. Tolong ingat ini! Setiap teman dan sahabat kalian juga memiliki hati. Perhatikan kata dan perilaku kalian terhadapnya. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa ia juga pasti akan pergi jika kalian tak pernah bisa menghargai. Tetap semangat dan terus ingat 3 kata ajaib itu, gunakanlah walau semisal temanmu pun tak membutuhkan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Selingkuh - Paulo Coelho

Resensi Buku : Skenario Perang Dunia III

Done for me