Resensi Buku : Gadis Kretek

Resensi Buku

Judul                       : Gadis Kretek

Karya                       : Ratih Kumala

Penerbit                   : PT. Gramedia Pustaka Utama

Cetakan pertama     : Maret 2012

ISBN                        : 978-979-22-8141-5


           Ratih Kumala ialah seorang kelahiran Jakarta pada tahun 1980. Ia memiliki banyak karya fiksi, beberapa diantaranya ialah Tabula Rasa (novel, 2004), Genesis (novel, 2005), Larutan Senja (kumpulan cerpen, 2006), dan Kronik Betawi (novel, 2009). Sedangkan Gadis kretek ialah karyanya yang kelima, dan diketahui bahwasannya ide dasar dari novel Gadis Kretek ini diambil dari akar keluarga mamahnya.


           Selain sebagai penulis karya fiksi, Ratih Kumala juga menulis sebuah skenario untuk televisi. Ia selalu memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwasannya ia adalah seorang yang mumpuni dalam bidang kepenulisan dalam genre apapun.


           Gadis Kretek, dalam prolog digambarkan seorang tokoh utama sebagai “Aku” yakni Lebas yang mendapati Romonya (ayah) yang tengah sekarat selalu mengigaukan sebuah nama yakni Jeng Yah. Hal tersebut membuat Ibunya bersungut kesal atas apa yang diucapkannya.


           Itulah yang menjadi titik awal petualangan dari seorang Lebas yang kemudian disusul oleh kakaknya Tegar, dan Karim secara bertahap. Mereka bertiga pergi ke pabrik dan menemui seorang pelinting tertua dan mendapat petunjuk atasnya mengenai Jeng Yah, yang kemudian mengantarkan mereka lagi untuk pergi ke desa dimana kakeknya dahulu tinggal.


           Disinilah disuguhkan kembali sebuah kisah dimana merupakan penggalan sejarah mengenai persaingan antara dua produksi kretek pada masa itu. Yang tak lain merupakan persaingan yang berlangsung hingga era bermunculannya partai komunis di Indonesia.


           Kemudian juga terkuak kisah antara Jeng Yah itu sendiri dengan Romo dari Lebas. Semuanya terpapar jelas saat ketiga pemuda itu bertemu dengan adik dari Jeng Yah. Segala kisah mulai sedikit demi sedikit terkuak ke permukaan. Sehingga pada akhirnya Romo dari Lebas meninggal tanpa bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan sosok Jeng Yah.


           Berbicara mengenai sampulnya. Dari sampul buku ini terlihat menarik dimana terdapat gambar gadis muda dengan sebuah rokok di antara sela jemarinya tengah menatap dengan sorot mata lembut namun terlihat tajam. Dengan latar berwarna merah memperkuat aura buku ini. Awalnya saya berpikir ini semacam kisah dimana menceritakan kehidupan seorang wanita yang gemar merokok. Namun nyatanya sebuah ekspektasi terbuyarkan pada awal prolog.


           Sekilas diketahui bahwasannya penulis menggunakan alur maju mundur namun tetap terkesan ringan dan mudah dipahami oleh pembaca. Pun bahasa yang digunakan merupakan kata populer yang setiap kalangan pasti dapat menangkap isi dari buku ini. Begitu cerdasnya penulis membawa pembaca seakan masuk ke dalam cerita ini dan menyaksikan sendiri kilas peristiwa di dalamnya. Selain itu, latar dalam setiap peristiwa berhasil digambarkan secara detail, sehingga bagi pembaca ini memudahkan untuk membayangkan bagaimana keadaan di masa itu.


           Oleh karenanya, tak bisa di pungkiri bahwasannya buku ini menjadi rekomendasi bagi pembaca yang menyukai pembawaan sederhana dan menyimpan banyak pesan tersirat di dalamnya. Selain itu disajikan sedikit kisah sejarah mengenai masalah politik maupun sejarah dari adanya kretek itu sendiri. Perlu diketahui juga bahwa dalam cerita ini tak pernah menyentuh masalah yang begitu rumit dalam pemecahannya. Walau ada sedikit paragraf yang menyimpan kalimat sedikit vulgar sehingga mungkin bagi remaja di bawah umur tak akan cocok. Dan mengenai diksinya sudah tepat dan benar sebagaimana yang telah saya paparkan di atas.


           Dari buku Gadis Kretek banyak amanat yang ingin penulis sampaikan, yang menurut saya merupakan nilai moral yang cukup penting sebagai bekal terutama bagi pebisnis pada umumnya tersebab buku ini banyak mengulik seputaran bisnis. Amanat menurut kesimpulan saya setelah membacanya ialah sebagai pebisnis hendaknya kita mampu berkreasi sendiri tanpa adanya unsur penjiplakan terhadap karya milik orang lain, diajarkan pula agar kita tak mudah percaya terhadap orang baru akan sesuatu hal yang di anggap penting dan semestinya merupakan rahasia pribadi, selain itu akan lebih baik jika kita menghadapi pesaing dengan hal yang sewajarnya tanpa mengaitkan rasa iri, dengki, ataupun sejenisnya karena sejatinya setiap rezeki perseorangan telah diatur oleh Tuhan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : Selingkuh - Paulo Coelho

Resensi Buku : Skenario Perang Dunia III

Done for me