Membaca Buku Unik:)
Aku baru saja menamatkan sebuah buku yang cukup menarik. Penyajian sampul yang unik namun sedikit terlihat tabu di kalangan masyarakat sekarang, khususnya di daerahku. Dengan gambar seorang gadis yang memegang puntung rokok dalam sela jemarinya, terlihat seperti usia yang baru menginjak dewasa. Pecinta novel pasti tak akan asing dengan buku ini, karya dari Ratih Kumala.
Pertama kali kesanku sebelum membaca, seketika sekelebat ingatan membawaku sedikit mengingat sebuah cerita di masa kerajaan yang pernah ku baca. Tapi karena lupa berakhirlah aku dengan langsung membaca bagian pertama dalam buku itu.
Aku tak akan menyajikan resensi buku disini, katakanlah mungkin ini sedikit gambaran yang tidak sepenuhnya menceritakan isi dari buku itu sendiri. Mungkin ini lebih kepada pemikiranku yang mulai bercabang setelah menamatkannya.
Bicara soal buku itu, itu adalah buku dimana yang penataannya cukup mengesankan dengan penyajian alur maju mundur yang rapi. Tidak seperti novel pada umumnya, aku cukup mudah dalam menangkap setiap era yang di sajikan dalam buku ini.
Berikut juga segala bentuk unsur intrinsiknya yang mampu membawaku ikut larut dalam cerita, seolah aku sedang berada disana dan menangkap kejadian itu secara langsung.
Unik, sebenarnya aku sudah membaca bab awalnya sedikit sampai pada halaman ke 50. Namun karena aku masih kelelahan, ku putuskan untuk membacanya pada satu hari dalam sekali duduk. Hitung – hitung juga agar membantu otak agar tidak terlalu melupa akan apa yang telah dibaca akibat banyaknya aktivitas yang dilakukan.
Kembali pada buku itu, isinya yang paling menarik bagiku ialah bagian dimana ternyata pada masa itu kretek adalah hal yang digunakan untuk sebuah pengobatan. Yang awal idenya terlahir karena kebutuhan cengkeh agar dapat sampai pada paru – paru, kurang lebih begitu.
Dan yang tak kalah mengejutkannya, wanita maupun anak kecil di masa itu yang digambarkan dalam cerita sama sekali bukan hal yang aneh dan tabu untuk menyesap sepuntung rokok. Sedangkan jika ditilik pada zaman sekarang, tentu hal semacam itu akan memantik pemikiran negatif yang menjurus pada segala yang dirasa meresahkan masyarakat. Setidaknya ini asumsi yang terlahir dan mendarah daging di daerahku.
Perempuan yang merokok dianggap bukan perempuan baik – baik, dan pasti akan selalu identik dengan hal buruk lainnya.
Seketika dalam pikiranku muncul sebuah pertanyaan mengapa akhirnya pada zaman sekarang merokok menjadi hal yang tabu? Kalau saja di masa itu bisa di maklumi bahkan merupakan suatu hal yang wajar, lalu kenapa sekarang tidak? Juga, sejak kapan rokok menjadi hal yang tak wajar kaitannya dengan perempuan?
Suatu hal yang sangat ingin ku ketahui, memang bisa saja aku mencari jawabnya dalam sebuah peramban. Namun akan lebih memuaskan jika salah seorang menjelaskannya secara gamblang juga berdasar pada beberapa referensi yang ada. Mengingat aku sedang dalam mode malas untuk mencari informasi itu sendiri.
Bicara soal pertanyaan yang tiba – tiba muncul itu, dan sedikit beralih darinya mengenai isi cerita banyak menggambarkan seluk beluk jayanya sebuah rumah produksi akan produk kretek itu sendiri. Tak banyak konflik yang memicu adrenalin, hanya selingan kecil beberapa masalah yang tak di jelaskan secara gamblang, dan dalam satu situasi dapat terselesaikan. Kecuali fokus utama masalah dari ayah tokoh utama yang disini sebagai “aku”, yang cukup menarik penasaran pembaca untuk terus menamatkan sedikit lebih cepat untuk menemukan maksud dari awalan cerita yang di suguhkan.
Selebihnya, mungkin kalian bisa membacanya. Itu akan lebih baik sebelum mencari resensi yang sudah banyak bertebaran di laman pencarian.
Komentar
Posting Komentar