"Maiyah" : Membuka Daya Pikir Dasar
“Yang kau sangka bodoh belum tentu tidak cerdas. Siapa tahu dia cermin, sedang menyesuaikan diri dengan yang di hadapannya”
-Emha Ainun Nadjib-
Iseng – iseng berhadiah, eh sudah lama tidak mencari kutipan ujaran langsung dari Mbah Nun. Scroll Instagram, kok yah nemu ii loh hihi..
Mbah Nun identik dengan maiyah loh, fyi. Orang – orang sibuk mengatakan ini itu, segala hal yang terus menerus di ucapkan bahkan hanya untuk menguatkan segala asumsinya, syukur – syukur bukan provokator (Mana saya tahu, saya kan ikan). Memangnya kenapa sama maiyah? Kok sepertinya di anggap sesat. Loh heh, kok lucu:v.
Sedikit informasi, maiyah dalam teorinya yang sempat ku cari dalam peramban berasal dari kata ma`a yang artinya bersama, beserta ma`iyyahtullah yang artinya kebersamaan dengan Allah. Konon, akibat lidah Indonesia kita yang luar biasa maka disebutlah maiya atau maiyah. Loh, baru tahu kan?
Sebentarrrrrr, belum selesai dan jangan di skip!
Menurut Ustadz Wijayanto dengan menyebut beberapa kata : “Inna ma`iya rabbi” menirukan Musa a.s, untuk meyakinkan ummatnya bahwa Allah ada bersamanya.
Dan yang santer terngiang dalam ingatan serta selalu terdengar saat era Shalawat Booming (Era Sabyan Gambus), ialah kalimat “Innallaha ma`ana” yang artinya Allah bersama kita. Pasti kalimat itu tidak asing bagi pendengaran kita.
Maiyah dalam arti spesifik disebut sebagai lembaga pendidikan tidak formal, yang memiliki ciri dalam setiap kegiatannya semua orang yang hadir memiliki hak untuk mengemukakan buah pikirannya, berikut kebenaran versi perseorangannya. Semua yang berada di dalam forum ini berhak setuju maupun tidak atas apa yang di dengarnya.
Istimewanya maiyah ialah tiada pernah terbesit sebuah pikiran tertulis mengenai klaim seseorang itu pandai dan sisanya bodoh. Di dalam forumnya pun setiap jama`ah tanpa disadari terlatih untuk bisa berpikir dan kemudian menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsinya.
Tidak mendebatkan berbagai ilmu, namun menikmati berjuta ilmu yang ada di dalam forum ini.
Sedikit ulasan mengenai apa itu orang maiyah, menurut Mbah Nun sendiri ialah orang yang membaca dirinya berulang – ulang ribuan kali. Tak ada yang namanya guru dan murid, semua orang adalah murid (sang penghendak ilmu). Hidup orang maiyah tergantung pada proses pembelajaran menggunakan akal dan nuraninya untuk menyutradarai hidup menuju ke arah yang pantas untuk dituju.
Kiranya itu sedikit penjelasan yang ku rangkum dari beberapa sumber dalam peramban. Sedikit banyaknya ku harap dapat membuka celah pikir agar tidak terpaku pada hal yang belum tentu diketahui kebenarannya.
Maiyah apa hanya Mbah Nun saja? Tentu tidak, banyak orang maiyah lain di luaran sana. Hanya saja, Mbah Nun lah yang dikenal khalayak ramai sebagai penggiat maiyah.
Kembali pada kutipan ujaran beliau, secara tidak langsung memaksa otak kita mencerna apa yang beliau sampaikan. Terlepas dari benar tidaknya, tentu kita pernah di hadapkan dengan hal semacam itu (menganggap orang tidak cerdas dalam satu waktu kesempatan bercengkrama, misal). Tak pernah bosan ku sampaikan, ucapan bisa ditebak tapi hati siapa yang tahu. Barangkali orang itu terlalu merendah hati sehingga dari apa yang kau ucapkan dan ia anggap kurang sesuai membuatnya menyesuaikan dengan pola pikirmu. Siapa yang tahu?
Ada kalanya kita juga harus berhati – hati terhadap seseorang yang bertindak seolah ia tak tahu, karena terkadang justru orang seperti itu menyimpan banyak “tahu” lebih dari kita. Bisa juga ia melakukan analisis terhadap jawaban kita yang andai saja ngawur supaya di anggap pandai.
Apa iyah ndak malu?
Terlebih ada pepatah mengatakan seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk yang memiliki arti semakin tinggi ilmunya semakin rendah hatinya (jangan sombong). Sebagai pelajaran saja memanglah manusia tak pernah luput dari suatu khilaf, namun bagaimana caranya agar kita tak berlama – lama atasnya. Segera bangkit, dan jangan lupa untuk terus mengevaluasi diri.
Satu hal yang kemudian menurutku ini menjadi penting, yaitu cintailah kritik yang di layangkan padamu. Karena sejatinya, tanpa kritik itu kau tidak akan pernah tahu dimana letak kesalahan dan kurangmu. Bersyukurlah karena lewat kritik itu Allah ingin mengingatkan batasanmu, tetap on the track dan berpikir positif menghadapi segala sesuatunya.
Komentar
Posting Komentar