Sebuah Pandangan Baru


Hari ini sedikit berbeda dengan hari hari sebelumnya. Mungkin ini lebih manusiawi yah untuk bisa benar – benar dikatakan sebagai catatan harian. Heuheu, dimana penjabaran setiap kata terlahir dari sebuah pengalaman yang mengalir sehabis eksplorasi dunia luar. Sedikit berbeda juga dari catatan harian yang sebelumnya, kali ini aku menulisnya di bawah langit malam Telang, kupikir tak akan berbeda jauh dengan langit malam di Probolinggo. Yah jelassssss! Skipppp.


Tak banyak yang kulakukan hari ini selain makan, membaca novel online, tiduran, membeli makan di sekitaran kos. Dari ke semuanya, yang ingin kuceritakan ialah mengenai malam “Diklat” konon judulnya. Alih – alih begitu, aku lebih merasa bahwa ini seperti jamuan untuk saudara yang jauh dalam sebuah temu.


Aku tidak melihat budaya senioritas di dalam organisasi yang kupilih ini. Tidak ada kata perintah yang sifatnya diktator dan bersifat mutlak dalam artian tersendiri seperti mengacu pada “Pengistimewaan Jabatan” maupun sejenisnya. Setidaknya itu yang kubutuhkan sebagai tempat dimana aku bisa berproses dengan gaya dan ciri yang sudah menjadi identitas ku seutuhnya. Aku bebas berekspresi, dimana disini segala bentuk argumen dan gagasan diterima dan diolah dengan baik begitu pun menyertakan solusi dalam setiap akar permasalahan dalam bentuk diskusi apa pun.


Kembali pada apa yang coba untuk kujelaskan di awal. Yah, ini malam diklat. Sore menjelang malam masih diadakan diskusi yang mana pada malam biasanya hanya via Gmeet karena keterbatasan ruang. Disinilah letak keseruan sesungguhnya sebuah diskusi. Berdiskusi dengan lawan bicara  secara langsung tanpa melihat layar pipih tentunya (yang seakan menatap kosong sebuah benda).


Beralih dari diskusi yang di dasari novel karangan Ayu Utami dengan judul “Saman”, yang selepas maghrib mulailah masuk pada materi yang disampaikan oleh pemateri. Dengan Judul kebebasan berpikir. Okelah, ini kali pertama selama masuk Organisasi ini untuk mulai membahas mengenai materi. Cukup menarik dan menyita fokus untuk selalu tertujukan.


Kupikir akan sama seperti di organisasi lain, kita sebagai peserta hanya diam menyimak dan mencatat dengan berlembar – lembar kertas berserakan. Big no!!, Seperti yang kubilang di awal, ini berjalan sangat santai dan tidak terkesan mendikte. Lahirnya pemahaman pun dipantik dari setiap gagasan individu diklat. Ini hal yang menarik, karena jarang bisa ditemukan organisasi yang mau melakukan hal seperti ini.


Setiap dari kita dipersilahkan secara pribadi mengeluarkan pemahamannya dan di pancing agar menyerempet pada jawaban akan kebebasan berpikir itu sendiri. Seputaran gagasan dan tanya jawab pun berlangsung cukup lama. Sebenarnya aku pun tak merasa kaget atau heran akan penyampaian lugas dari pemateri. Mengenai segala hal aspek berpikir yang ditinjau, karena sebelum ini pun mbah kung maupun bapakku sering membicarakannya padaku. Tapi aku cukup tertarik, karena kali ini aku mendengar hal semacam ini dari orang lain yang terhitung belum cukup lama ku kenal.


Fokus kita sekarang ada pada hasil diskusi. Kesimpulannya yang bisa kuperoleh mengenai kebebasan berpikir ialah dalam pengertian bahwa berpikir itu tidak berpaku pada dogma dan sifatnya jauh dari batasan manusia (lepas). Dalam konteks ini, perlu untuk melepaskan pikiran guna mencapai suatu pembaharuan. Sebagai tambahan juga aku baru mendapat sebuah pernyataan yang mungkin akan melekat padaku mulai saat ini sampai seterusnya. Bagi aku yang pemikir ini, cocok sekali untuk menjadikannya sebuah quotes untuk memacu diri menjadi lebih baik lagi. Kurang lebih begini :


“Batasan dunia ada di pikiran setiap pribadi”


Untuk itu, pemikiran mengambil alih keseluruhan akan apa yang kita ketahui tentang dunia (dalam artian sempit). Maka, akan sangat penting bagi kita pribadi untuk terus berpikir bebas guna mencapai sesuatu yang luar biasa dan diluar batas ekspektasi. Setidaknya begitulah sedikit ilmu yang mudah – mudahan berguna untukku bukan hanya untuk saat ini, tapi untuk seterusnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!