My First Love❤️


Mari masuk dalam dunia pemikir ulung sepertiku . Mari bercerita dan berbagi perasaan lewat barisan kalimat per paragraf . Mungkin membosankan , tapi coba cari apa yang bisa kau dapatkan dari tulisan membosankan ini .

Selamat menyelam dan semoga tak menyesal.

Go!!!

Hari ini tepatnya pada tanggal 12 di hari Kamis dirayakan satu hari untuk memperingati kehebatan seorang figur yang amat hebat. Yah, seorang lelaki yang peluh dan keluhnya ia simpan sendiri, sakit tak ia rasakan demi keluarga kecilnya, sedih tak ia perlihatkan, bahkan rapuhnya tak seorangpun mengetahuinya. Ayah, tapi bukankah harusnya hal semacam ini berupa sekedar ucapan yang diucapkan dalam satu hari lalu esoknya menghilang?. Sama dengan halnya hari ibu, maka hari ayah pun harusnya tak ada karena nyatanya kasih tulus di lakukan di setiap harinya kepada dua sosok penting itu. Benar bukan?


Sekarang bertebaran pula banyaknya ucapan dan lain sebagainya di sosial media. Baik itu di Twitter, Whatsapp, maupun Instagram. Semua orang mengucapkan dengan berbagai ekspresi. Ada yang mengenang tawa candanya, ada yang bersedih mengingat jerih payahnya, dan ada pula yang memasang foto muda ayahnya. Begitu banyak cinta yang tergambar pada satu hari ini. Satu hari dimana memang  di khususkan bagi ayah – ayah di luaran sana.


Perihal ayah yang ku panggil bapak, jika menceritakan tentangnya maka aku tak akan pernah bisa menahan isak tangisku. Aku tidak bisa mengutarakan sebesar apa cintaku padanya, semua orang di sekitarku pun tau kalau aku ini sangat dekat dengan sosok bapak. Apapun yang kulakukan selalu melibatkan dirinya, baik itu keseharianku, kepribadian dan akhlakku, bahkan segala kebutuhan mendasar dan hal sepele sekalipun. Aku sadar, sebergantung itu aku dengan beliau ternyata.


Dari cerita ibu saat aku masih di dalam kandungan, bapak sering mengaji surat Maryam dengan segelas air di depannya, untuk kemudian air itu diminum oleh ibuku. Mendengar itu aku menjadi terharu, berapa banyak laki – laki yang sepertinya? Kalaupun ada mungkin hanya tiga puluh persen dari sekian ribu kurasa.


Bapak akan selalu merasa terganggu dan tidak suka kalau aku dimarahi oleh orang bahkan oleh ibuku sendiri. Tak jarang ibu terkadang cemburu dengan perilaku bapak yang terlalu memprioritaskan diriku. Sesayang itu beliau padaku, dalam setiap ujaran dan kalimat yang mengalun dari suara lembutnya selalu berhasil membuatku takjub dan semakin mengagumi perangainya. Ia adalah cinta pertamaku, yang pertama dan selalu menjadi panutanku dalam segi apapun.


Aku ingat saat ia berkata bahwa dikala seorang anak perempuan keluar dari rumahnya, maka anak perempuan tersebut membawa kehormatan ayahnya. Wejangan yang selalu beliau berikan ialah “Jangan sampai menghilangkan rasa malu dalam diri”, berpandailah dalam menjaga kehormatan dan harga diri pahamku.


Kalau aku bicara mengenai perasaan ke lawan jenis, beliau selalu terlihat tidak suka. Saat kutanyakan padanya, beliau berkata kalau beliau masih sering merasa asing dengan keadaan baruku yang beranjak dewasa, karena walau bagaimanapun beliau selalu menganggapku putri kecilnya dan masih belum siap untuk diduakan cintanya olehku katanya. Namun berakhirlah juga dengan ujaran beliau yang kurang lebih menjabarkan mengenai ciri lelaki yang baik agar aku tak salah dalam memilih pasangan di kemudian hari katanya. Terlepas dari semua itu, doaku hanya satu, semoga aku dipertemukan dengan lelaki sehebat bapak, yah semoga.


Dan yah, aku ingat saat ada keperluan untuk wawancara ukm yang mengharuskanku ke Madura saat itu. Setelah beliau mengantarku, dan belum lama beliau pulang dadaku sudah mulai terasa sesak disaat yang bersamaan. Aku menangis dalam isak yang tertahan, cengeng yah? Aku tidak peduli, bahkan disebut manja pun terserah. Ini hidupku, teritorialku. Dan bagaimanapun aku menjalaninya yah itu terserah pada mauku.


Sekitar sudah menjelang isya` aku pun melakukan videocall dengan beliau. Hanya menatap wajahnya dan mendengar suaranya saja tangisku sudah akan pecah. Bahkan mati – matian ku tahan panasnya mataku akibat air mata yang mulai menggenang. Karena tak tahan akhirnya ku putus secara sepihak dan lebih memilih untuk menangis saja saat itu.


Singkatnya, setelah wawancara di malam harinya beliau menelfonku kembali menanyakan keadaanku dan bagaimana aku mencari makan disana. Kami berbicara tidak terlalu lama, karena aku juga sudah mulai lelah dan agak sedikit terkejut akan suatu hal di rumah kosanku. Saat aku sudah pulang kerumah, ibu bercerita kalau malam sehabis telfon itu bapak menangis memikirkanku semalaman, bahkan ia tak bisa tidur nyenyak dan ingin menjemputku saja katanya. Beliau menjadi agak sedikit pendiam dan tak menghiraukan ibu saat berbicara. Aku menyesal karena malam itu aku bercerita padanya, andai aku tak menceritakan itu mungkin kekhawatirannya tidak akan berlebihan.


Yah, hanya sedikit diantara beribu untaian yang ada. Tak mungkin aku menceritakan dalam satu waktu. Mungkin lain kali, aku akan menjabarkan lebih banyak antara aku dan bapakku. Cukup untuk hari ini, karena esok adalah hari panjang akan mata kuliah tambahan dan pengganti.


Tetap sehat yah pikiranmu! Jangan banyak bertingkah , banyak tingkah = mati . Just do anything what you want , but don`t break anyone else . Paham kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!