Beauty Standard


Mari masuk dalam dunia pemikir ulung sepertiku. Mari bercerita dan berbagi perasaan lewat barisan kalimat per paragraf. Mungkin membosankan, tapi coba cari apa yang bisa kau dapatkan dari tulisan membosankan ini.

Selamat menyelam dan semoga tak menyesal.

Go!!!

Semua perempuan itu cantik dengan ciri khasnya masing – masing. Tak ada ukuran pasti cantik itu harus seperti apa dan bagaimana. Sebagaimana stigma yang terbentuk di masyarakat, kecantikan seolah kini memiliki standar.


Di dunia perfilman, dunia pekerjaan, dunia pendidikan dan yang lain sejenisnya memiliki kriteria khusus mengenai kecantikan dalam lingkupnya. Sedikit banyak diantaranya tak menghargai seorang perempuan apabila tak memiliki standar khusus yang mereka ciptakan dalam pemikirannya. Sehingga hal ini cenderung pada perilaku diskriminatif terhadap perempuan.


Dalam pengamatannya secara langsung terutama disaat bersosialisasi, kita acap kali menemui perilaku yang bisa dikatakan diskriminatif ini. Ambillah sebuah contoh dimana dalam waktu bersamaan perempuan dengan standar kecantikan yang terpenuhi dengan perempuan biasa sama – sama melakukan sebuah kesalahan. Yang cantik dibela dan dimaafkan seolah apa yang ia lakukan memanglah atas dasar unsur ketidaksengajaan? Lalu bagaimana dengan yang lain? Tentu saja kebalikan dari perilaku yang dilakukan pada perempuan yang memenuhi standar kecantikan tersebut. Yah, tak ada yang membelanya, jangankan membela untuk melihatnya saja terkadang tak pernah dilakukan oleh sebagian orang.


Seperti yang sudah dikatakan oleh sebagian atau mungkin dikatakan oleh sebagian besar masyarakat luas, bahwa cantik itu berkulit putih, berbadan langsing, berpipi tirus, berhidung mancung, dan memiliki tubuh yang proporsional. Disini aku mulai berpikir, memangnya cantik saja cukup? Lalu bagaimana jika kepandaian dan kepiawaiannya dalam melakukan sebuah pekerjaan tidak menyertai? Apa benar seorang lawan jenis mampu bertahan dengan perempuan semacam itu?. Kalaupun mampu, mungkin saja akan bertahan selama kurun waktu tertentu, sisanya? Pasti tetap akan kalah dengan ia yang memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam pengerjaan suatu pekerjaan.


Maka, atas dasar diskrimanasi itu di jaman sekarang banyak perempuan yang berlomba – lomba untuk mempercantik diri mereka. Menggunakan segala jenis make up dan skincare agar terlihat menawan dan sempurna. Berlomba – lomba mengonsumsi obat pemutih kulit, obat peninggi badan, dan obat diet yang mati – matian dikonsumsi agar mencapai hasil yang sempurna menurut asumsi mereka. 


Dari situ sudah jelas kan? Beauty is pain, tidak ada yang benar – benar akan bahagia jika dalam prosesnya malah menyakiti diri dan perasaannya. Pada akhirnya perempuan yang mencoba memenuhi standar kecantikan adalah ia yang mencoba untuk menjadi orang lain. Memenuhi kemauan setiap pasang mata, mengorbankan perasaan yang berkecamuk guna terus berusaha mempercantik diri, dan senantiasa merasa tidak puas akan dirinya sendiri.


Betapa banyak diluaran sana yang kemudian memiliki pemikiran yang teracuni oleh stigma mengenai standar kecantikan. Seolah asumsi yang bertebaran adalah sesuatu yang konkret dan patut dilakukan.


Bahkan dalam dunia sosial media kerap ditemui di laman search berupa kata Glowing yang pasti sudah tak asing lagi dalam pendengaran remaja perempuan khususnya. Tak jarang jika ditemui sebuah feed dalam instagram misalnya, maka banyak didapati komentar yang mengatakan secara terang – terangan bahwa ia merasa insecure dan kentang (perempuan yang biasa saja). Padahal insecure itu harusnya lahir pada saat kita melihat seseorang yang memiliki kelebihan dalam bidang akademik dan bidang lainnya, sedangkan kita masih di titik ini ini saja. Sehingga kemudian itu menyebabkan kita untuk terus memacu diri agar bisa sama ataupun melampauinya. Inilah jenis sakit yang bermanfaat jelas bagi kehidupan.


Aku ingat kata Dita Karang seorang idol korea yang berasal dari Indonesia pernah menanggapi soal beauty standard yang tentunya di korea sangat identik dengan ini. Katanya “menurutku pada akhirnya semua kembali ke mindset, kita sebagai perempuan harus percaya diri dan bahagia dengan badan kita”. Dan menurut Hwasa yang juga seorang idol korea berkulit tan, ia berujar “akan lebih keren jika kamu menciptakan standarmu sendiri. Sesuatu yang benar – benar cocok denganmu. Saya percaya itulah kecantikan sejati”.


Saranku untuk perempuan di luaran sana, dari kedua pernyataan yang ku kutip tersebut semoga kalian dapat merenungkan itu. Kamu cantik, dan kamulah pemilik penuh atas tubuhmu. Akan lebih baik jika kau bisa mempercantik hatimu. Kejarlah prestasi akademikmu, dengan begitu siapapun yang akan membersamaimu adalah orang pilihan yang berkelas dengan ketulusan cinta yang abadi.


Tetap sehat yah pikiranmu! Jangan banyak bertingkah , banyak tingkah = mati . Just do anything what you want , but don`t break anyone else . Paham kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!