Sebuah Proses Bertransisi , Ekspektasi vs Realita?

Mari masuk dalam dunia pemikir ulung sepertiku . Mari bercerita dan berbagi perasaan lewat barisan kalimat per paragraf . Mungkin membosankan , tapi coba cari apa yang bisa kau dapatkan dari tulisan membosankan ini . 

Selamat menyelam dan semoga tak menyesal .

Go!!! 

Sedikit banyak terjadi di seluruh pautan usia . Baik tua maupun muda , untuk kali ini mari lihat pada sudut pandang sebagai seorang remaja yang baru ingin beranjak dewasa .

Masa awal dimana segala sesuatunya terlihat harus sempurna di mata semua orang , masa awal dituntutnya diri untuk mencari sejatinya kita ini siapa , dan masa dimana seolah-olah duniamu yang dilihat orang luas justru sebaliknya .

Yah , sempit (bukan dalam artian sebenarnya) . Di masa ini kau lihat betapa dunia luar begitu liar dan mengerikan . Oh ayolah , Its Not Worderland babe , back to the real life!!! . Mau bagaimana kau melangkah dan berjuang , tergantung bagaimana kau pahami situasi dan keadaan . Tak melulu soal wejangan , kali ini kau di haruskan menela'ah sendiri bagaimana lingkup yang akan menjadi tempat kau berproses dan singgah .

Semua pertanyaan yang dahulu kau dapatkan jawabnya dalam untaian kata , kini berubah menjadi sesuatu yang kasat mata dengan otakmu sebagai penerjemah .

Ada apa? Kau kesulitan? Hei , begini yah ternyata realita yang dihadapi . Padahal di masa kecil selalu ingin terus bertumbuh menjadi dewasa . Otak kecilmu memerintah makan banyak , tidur cukup , dan menurut pada ajaran orang tua untuk cepat tumbuh dewasa , begitu katanya . 

Kau jalani kehidupan kecil dengan semangat membara dan kepercayaan bahwa dewasa adalah surga nyata bagi duniamu kelak . Oh ayolah , karena yang dilihat saat itu oleh kacamata seorang bocah hanyalah betapa bahagianya menjadi dewasa , hidup bebas tanpa dimarah orang tua , pergi kemanapun yang kau mau dan tentunya dapat kau jangkau , melakukan apapun tanpa takut "Tidak" meraja di setiap kata .

Setelah sampai pada masa ini bagaimana perasaanmu? Apa sesuai dengan apa yang ingin kau rasakan? Apa sudah bebas? Apa sudah bisa melakukan apapun? Apa masih ada orang yang memarahimu? 

Semuanya hanya tentang apa bukan?

Perlahan di masa transisimu ini kau mulai banyak menanggung beban pikiran . Mulai tak suka dengan banyak perubahan . Mulai malas melakukan apapun yang dulunya selalu di andaikan dan kau pikirkan .

Jangan lupakan puluhan temanmu yang kini mulai menyusut menjadi beberapa ekor saja . Ada banyak alasan mengapa bisa demikian , entah kesalahanmu , kesalahannya , atau salah dari kesalahpahaman . Siapa yang tau , yang jelas sekarang ini duniamu terlihat begitu sempit yang bukan dalam artian sesungguhnya . Bukan begitu?

Menyalahkan diri sendiri adalah pilihan pertamamu . Tidak masalah , asal jangan berlarut larut . Daripada menyalahkan orang lain , bukankah lebih baik memaki diri sebagai evaluasi diri untuk berproses? . Dalam konteks ini kau harus tau porsinya . Tempatkan dirimu sebagai raja , bukannya pikiran dan asumsi sebagai penguasa . Kau adalah milikmu seutuhnya . Pastikan porsi memaki dan mencintai diri sepadan tanpa ada kurang dan lebih salah satunya , karena ini adalah sebab atau asal muasal dari apa yang akan kau lakukan , entah sekarang , esok , maupun seterusnya.

Dan pada akhirnya , kau berdiri disini sebagai versimu yang asli . Versimu setelah banyak memindai beragam karakter dan kepribadian dari anak kecil hingga lansia .
Apa yang kau perlihatkan pada orang sebagai dirimu , akan lebih baik jika tak kau manipulasi untuk sebuah kepentingan "Citra" belaka . Katakan hai pada versimu yang akan menuju dewasa ini . Sambutlah dengan baik , buat versimu ini menjadi versi terbaik yang memang mencerminkan dirimu .

Tetap sehat yah pikiranmu! Jangan banyak bertingkah , banyak tingkah. = mati . Just do anything what you want , but don't break anyone else . Paham kan?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!