Kejutan Bahagia , Berujung Flashback Mengandung Bawang:)))


Mari masuk dalam dunia pemikir ulung sepertiku . Mari bercerita dan berbagi perasaan lewat barisan kalimat per paragraf . Mungkin membosankan , tapi coba cari apa yang bisa kau dapatkan dari tulisan membosankan ini .
Selamat menyelam dan semoga tak menyesal .
Go!!!

Hari Rabu pagi ini , di Grup Agribisnis ada sebuah pengumuman dari Bu Novi selaku Kaprodi . Beliau mengatakan kalau hasil video telah dinilai , dan pemenangnya ialah anak-anak dari Ibu Isdiana selaku dosen wali dengan kategori video impian terbaik dan video impian terfavorit dengan dosen wali Ibu Amanatuz .

Itu artinya kelompokku memperoleh penghargaan berupa pulsa dari prodi untuk perseorangan . Hal ini tentu membuat kami dan Ibu Isdiana merasa senang . Ini adalah awal yang baik bagi mahasiswa baru seperti kami untuk mengawali perkuliahan dengan semangat yang tinggi dan rajin dalam mengikuti perkuliahan .

Namun , yang akan ku bahas kali ini bukan mengenai keberhasilan video itu . Melainkan perasaanku saat melihat kembali video yang telah dikirim itu . Isinya mengenai harapan dan impian orang tua untukku di masa mendatang . Memang di video itu terlihat raut canggung keduanya , namun di luar video dan rekaman kamera ada banyak yang mereka sampaikan untukku . Mengenai apa-apa yang harus kulakukan dan yang harus kutinggalkan .

Mereka , Bapak dan Ibuku adalah sosok yang tak pernah lepas kesehariannya denganku . Sedikit ku ulas , Ibuku tidak pernah memanjakanku dan terus menuntutku mandiri sejak kecil . Aku sebenarnya ingin seperti anak-anak lain di luaran sana yang bisa bermanja , tapi setelah ibu mengatakan alasan dibaliknya aku pun merasa bersalah telah berkeinginan seperti itu . Katanya , ia tak pernah tau soal hidup , kematian akan setiap saat menjemput apabila sudah sampai pada masanya , untuk itu ia ingin aku mandiri agar nanti aku tak menyusahkan siapapun dan bergantung pada orang lain .

Sedangkan Bapak , aku adalah salinan beliau seutuhnya . Aku bisa mengatakan seperti itu karena beliau adalah sosok lelaki yang hebat . Akhlak dan tata krama serta ilmu kudapatkan darinya . Beliau hanyalah orang tua seperti pada umumnya . Namun bagiku ia merupakan figur ayah yang sempurna . Bagaimana tidak? Dari aku kecil hingga menjadi sebesar ini ia tak pernah sekali pun memukul dan memarahiku , beliau adalah definisi sabar tanpa batas sesungguhnya .
Aku suka saat berbincang bersama kedua orang tuaku . Berbagi mengenai segala aktifitas harianku serta berbagi mengenai apa-apa yang aku rasakan . Aku tak pernah menyembunyikan apapun dari keduanya . Selain saat aku masuk di masa SMP dulu yang ingin tau bagaimana rasanya punya seorang pacar . Aku beruntung karena saat berpacaran itu hanya lewat sms saja dan tidak pernah bertemu berduaan secara langsung karena aku yang terlalu penakut dan lama pacaranku paling lama hanya 1 minggu . Dan di saat itu aku merasa sangat bersalah karena seakan-akan aku tengah mengkhianati Bapakku . Seperti yang sudah di ketahui , bahwasannya seorang ayah adalah cinta pertama putrinya . Dan aku mengakui itu . Setelah semester dua kelas 9 SMP guru agamaku menjelaskan panjang lebar mengenai dosa anak perempuan yang menarik ayahnya ke neraka . Mulai saat itu pun aku tak mau lagi berurusan dengan hal yang akan memicu sebuah hubungan terlarang berupa pacaran lagi .

Kedua orang tuaku adalah alasaanku tetap tegar dan kuat menghadapi segala persoalan kehidupan . Aku tak pernah menceritakan kisah sedihku kepada mereka , biarlah mereka tenang dengan asumsi bahwa putrinya ini selalu bahagia dan dalam keadaan baik-baik saja .

Mendengar setiap wejangan dari mereka , aku tersadar bahwasannya setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya . Mengorbankan segalanya tanpa peduli bahwa jalan yang mereka pijaki bertaburan luka . Aku tak memiliki perbandingan atas mereka dengan orang tua lain di luaran sana , yang ku tau setiap orang tua memiliki caranya sendiri untuk membesarkan anak-anaknya . Aku bersyukur akan mereka yang telah dikaruniakan Tuhan sebagai sosok yang membimbingku hingga sekarang ini . Biarkan kini aku berproses mewujudkan janji yang tak terucap untuk mereka di masa mendatang . I want to give my best for my parent . Cukup untuk irisan bawang kali ini;( . See you ..


Tetap sehat yah pikiranmu! Jangan banyak bertingkah , banyak tingkah = mati . Just do anything what you want , but don`t break anyone else . Paham kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!