Bocah Nakalku


Pernah mendengar kalau anak laki-laki itu terlampau aktif dan nakal? , mungkin memang tidak semua . Tapi harus kau akui bahwa itu kenyataannya . Apalagi saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar . Ampuuuuuun , nakalnya subhanallah sekali .


Aku tidak membicarakan orang lain , karena ini tentang adik kecilku . Bocah nakal yang selalu membuat kejutan dengan tingkah ajaibnya itu . Ya aku akui dia itu tidak pernah membantahku dan selalu mau kalau dimintai pertolongan . Meski begitu , aku ini seorang kakak perempuan . Kesalahan sekecil dan se-detail apapun selalu ku ingat dalam ingatan .
Mungkin kalau sekali saja dia melakukan kesalahannya maka aku akan melupakan itu dan memberikan dia kesempatan untuk berubah dan memperbaiki kelakuan buruknya . Masalahnya dia melakukan kesalahan yang sama dalam rentang hari yang terbilang cukup dekat sebanyak tiga kali .


Ini berkaitan dengan proses pembelajaran berupa daring . Dimana ini merupakan masa yang sulit untuk berkerumun walau untuk sebuah kepentingan saja rasanya begitu tidak memungkinkan . Instansi sekolah ditutup sementara , tempat ibadah yang dibatasi pengunjungnya , dan masih banyak lagi.


Aku tidak ingat persis kapan hari pertama ia melakukan kesalahan . Yang ku ingat , saat itu aku tengah sibuk menyelesaikan tugas perkuliahan berupa karya ilmiah yang lumayan menyita banyak waktu . Alhasil , aku baru bisa mengajari adikku belajar saat malam hari .


Singkat cerita , di malam harinya aku mengecek ponsel adikku . Tidak ada satupun tugas yang dikirim oleh gurunya . Okelah , aku pikir memang tidak ada . Lalu ke-esokan harinya aku mengulangi hal yang sama dengan mengecek ponsel adikku kembali . Disinilah aku mulai menaruh curiga , kenapa tidak ada juga tugas yang diberikan . Akhirnya aku pun menghubungi salah satu orang tua dari teman adikku dan menanyakan mengenai tugas selama dua hari . Sontak jawabannya membuatku kaku sekujur badan , isi tugasnya banyak sekali dan mengapa bisa tidak ada di ponsel adikku .


Okelah , ku atur sebaik mungkin raut wajahku dan mencoba menurunkan nada bicaraku se-normal mungkin . Bocah nakal itu melihatku dengan dahi berkerut . Lalu kutanyakan padanya apa dia tau kalau tugas itu tidak ada sama sekali , dia menjawab dengan lantang bahwa memang tidak ada tugas . Ku-ulangi bertanya sampai ke lima kalinya dengan pertanyaan yang sama di iringi dengan nada bicara yang mulai naik 3 oktaf kurasa .


Akhirnya dia menunduk dan berkata jujur kalau ia telah menghapus pesan whatsappnya . Aku menghela nafas kasar malam itu . Dengan amarah yang memuncak aku terus-terusan memarahinya , dan berakhir dengan aku yang menghukumnya dengan menyita ponsel dan menyuruhnya untuk pergi kerumah teman sekelasnya dan mencari tau tugas apa yang diberikan oleh guru . Aku menghukumnya selama empat hari lamanya . Namun di hari kelima aku merasa kasihan padanya , hanya ia yang tidak memegang ponsel saat bermain dengan teman sebayanya . Dengan raut songong seolah masih marah ku sodorkan ponsel miliknya untuk dia pegang kembali . Dia terlihat senang dan berkali-kali memberikan senyum terbaiknya untukku . Ya Tuhan , Bocah iniiiiiii .


Akan tetapi jeda dua hari setelahnya ia pun melakukan hal yang sama lagi . Itu membuatku marah semarah-marahnya karena ia tak mengindahkan petuahku tempo hari . Saking putus asanya , aku sampai menangis di depannya malam itu . Karena kesalku berlipat-lipat , aku sampai mengabaikannya dan berpuasa bicara dengannya . Entah karena merasa bersalah atau apa , ia selalu mengajakku berbicara (tidak kutanggapi) , ia menyiapkan air minumku (karena setiap belajar air minumku harus selalu full di muk besar kesayanganku) , ia pun tidak pergi bermain dan selalu di rumah dengan sesekali melihatku di kamar.


Memang dasarnya perempuan , yang apa-apa selalu memakai hati dan mengesampingkan logika . Lagi pula aku sudah terlalu lamaa mengacuhkannya , akhirnya aku pun memaafkannya . Karena kejadian itu sampai detik ini ia selalu melapor kepadaku di kala gurunya menyampaikan tugas harian . Baiklah , itu bentuk tanggungjawabnya dan aku harus menghargai itu .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!