Bersyukurlah Apabila Kau Tidak Pernah Mengalami hal Semacam Ini


Semua berawal dari saat pertama kali aku menginjakkan kaki di Sekolah Menengah Pertama . Dimana masa-masa ini merupakan masa peralihan anak-anak menuju remaja .


Pada usia ini , ada banyak rasa ingin tau yang menguar begitu saja . Di tambah lagi lingkup yang baru dan cenderung luas membuat kita selalu ingin dan mencari tau hingga mendapat jawabannya secara pasti .


Kala ospek selama tiga hari itu , ada seorang kakak kelas sebagai osis yang terus-terusan menggangguku . Ku pikir , tidak akan masalah yah kalau ku tanggapi . Singkat cerita , ia pun meminta nomor ponselku . Tidak lama sekitar dua minggu setelahnya ia memintaku menjadi pacarnya . Antara takut dan penasaran akhirnya temanku menyaraankan untuk menerimanya saja . Dan kami pun berpacaran , kita pernah berpegangan tangan saat pulang sekolah . Ada perasaan aneh dan takut saat itu , aku merasa itu tidak benar . Lama berselang ku dengar ia berpacaran dengan sahabatnya sendiri , dia berbohong kan? . Dan karena itu kami pun berakhir , dalam rentang lama pacaran sekitar 1 minggu .


Yang kedua adalah ketika aku di kelas dua SMP . Untuk yang ini , hanya sekitar 5 hari saja:v . Karena lagi , aku masih penasaran akan rasa pacaran itu sendiri . Tetap saja rasanya aneh dan selalu membuat gelisah , aku justru tidak merasa bahagia seperti temanku yang lain yang katanya merasa senang . Putus disini kami pun baik-baik saja , walau aku tau dia mungkin kecewa . Tapi hebatnya , hingga detik ini kami berteman dengan sangat baik . Tidak ada permusuhan dan  kami pun saling menertawakan peristiwa yang dulu karena menganggap itu adalah hal terkonyol yang pernah kita lewati .


Dan yang terakhir , aku berpacaran dengan saran dari temanku karena katanya lelaki itu mengagumiku . Okelah , ku pikir tidak masalah . Yang kali ini , dia begitu pengertian dan tidak suka menggangguku dengan mengirimi banyak pesan per hari . Tapi lagi , aku yang memutuskannya dalam rentang 3 hari . Dia bilang tidak masalah , asal masih menjadi temanku . Kita berteman baik , hingga saat baru masuk SMA kudengar ia bertunangan . Jujur itu membuatku lega , setidaknya rasa bersalahku berkurang .


Dari ke semuanya , hanya pacaran yang pertama itu ada kontak secara langsung . Sedangkan dua sisanya hanya via sms saja karena di Sekolah sewaktu itu aku cukup dikenal di lingkungan SMP ku sebagai murid kesayangan guru bahasa Inggris . Aku tidak mau citraku buruk di depan teman lainnya dan guruku tentunya .


Setelah masuk semester dua di kelas tiga SMP , guru agamaku mengadakan kajian setiap hari jum`at . Dalam salah satu harinya , beliau menjelaskan panjang lebar mengenai dosa seorang anak yang berpacaran , apalagi anak perempuan yang dosanya masih di tanggung ayahnya hingga ia menikah . Inilah awal dimana aku benar- benar tidak mau berurusan lagi dengan dunia yang akan membawaku pada masa jahiliyah itu .


Aku bersyukur karena tidak pernah melakukan hal buruk dalam masa kelam seperti itu . Karena jujur saja , “Pacaran” adalah aib terbesar yang selalu ku sesali . Aku sangat bersedih karena pernah berpacaran . Setiap ditanya pernah berpacaran atau tidak , aku merasa sangat hina dan hilang kepercayaan diri lagi . Namun Mbak Cantik ( Mbak Nisa) mengatakan “Wanita yang pernah berpacaran , kemudian ia bertobat dan menyesali perbuatannya maka ia akan lebih mulia dari emas” . Aku memang menjadi tenang setelah di nasehati dengan sayang olehnya , tapi perasaan hina itu akan muncul lagi tatkala ada yang menanyakan hal semacam itu .


Kalau ditanya , hal apa yang paling membuatku tidak suka ditanyai . Maka pertanyaan seputar pacaran adalah jawabnya . Aku bisa merasa begitu , karena walaupun aku bukan berasal dari keluarga yang paham sunnah tapi pacaran itu adalah hal yang amat tabu di lingkup keluargaku . Tidak ada yang berpacaran , semua di jodohkan atau pun pilihannya sendiri yang kemudian langsung menikah . Ini menjadi momok tersendiri bagiku , itulah mengapa aku tidak pernah jujur kalau aku dulu semasa SMP pernah berpacaran .


Dan saat SMA aku tidak dekat dengan hal semacam itu lagi , lingkupku amat positif dan terjaga . Sedikit bercerita , karena ke khawatiranku aku pun bertanya dengan salah satu guru agama yang masih sangat muda di sekolah . Pak Ainul Yaqin namanya , setelah ku ungkap cerita dan pengalamanku , beliau pun mengatakan “Gapapa Retno , semua pernah ada di masa jahiliyah . Yang penting sekarang Retno menyesal kan? Nah makanya gimana sekarang Retno usaha biar ga akan mengulangi kesalahan yang sama . Untuk mengaku , kalau dirasa Retno ga mampu ya tidak perlu di sampaikan . Lebih baik jujur sih , tapi ada kalanya kalau sebuah aib yang tidak diketahui dan tidak  harus diketahui orang itu tidak perlu disampaikan . Allah sayang sama Retno , makanya aibnya di tutupin sampai sekarang kan? , masa sama Allah udah di tutupin eh sama Retnonya malah di umbar?(ini dalam konteks berbohong untuk kebaikan kepada orang lain , kepada orang tua tetap saja harusnya jujur)” . Tapi karena ini tugas , maka dari itu aku berusaha jujur dan tidak menutupi apapun di dalam mengemban amanah dari UKM  .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjara untuk Kebebasan

Resensi Buku : Saman

Come Back!!!